SURABAYA (Arrahmah.com) – “Al-Quran Palsu” atau dikenal dengan “The True Furqan” pernah menghebohkan Surabaya dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur sekitar tahun 2002.
Namun, menurut Baptist News, buku yang sama pada 17 April 1999 sudah pernah dikirimkan ke beberapa kedutaan besar negeri-negeri Muslim di Paris, Perancis. The True Furqan juga pernah mampir ke institusi-institusi penting Inggris, termasuk BBC. Pada waktu hampir bersamaan, buku yang sama juga sudah muncul di ruang redaksi jurnal berbahasa Arab di London, Inggris, serta di meja editor majalah-majalah berbahasa Arab, Ibrani, dan Inggris di Yerusalem.
The True Furqan dapat dipesan secara online melalui www.amazon.com dan www.barnesandnoble.com. “Al-Quran palsu” yang tebalnya 368 halaman ini kabarnya digarap serius selama tujuh tahun, dan mencoba meniru mentah-mentah gaya dan bahasa Al-Quran, tapi isinya justru menggoyang ajaran-ajaran Al-Quran.
Gaya puisi dan prosa, serta bahasa Arab klasik, yang digunakan The True Furqan seolah serupa dengan Al-Quran. Bedanya, kitab ini sepenuhnya berisi ajaran Bibel. “Selama ini, tak ada terjemahan Arab klasik Bibel yang dipandang layak baca oleh kaum Muslimin,” kata Al Mahdy. Dalam pandangan Al Mahdy, karena bahasa tulis klasiknya merupakan salah satu bahasa tersulit di dunia, kualitas bahasa adalah sumber kebanggaan orang Arab. “Mereka memperolok Bibel yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab percakapan, karena menilainya berkualitas rendah,” kata Al Mahdy. Tak mengherankan jika upaya membuat Bibel yang mirip Al-Quran pun ia lakoni. Al Mahdy adalah salah satu penulis The True Furqan.
Tapi, siapa sebenarnya sosok Al Mahdy ini? Tak pernah ada yang tahu pasti. Cuma, beberapa kalangan menduga kuat bahwa pengarang “Al-Quran palsu” ini adalah Dr. Anis Shorrosh, seorang evangelis Amerika. Dugaan ini, pernah dikemukakan M. Syamsi Ali, pemuka Islam asal Indonesia yang kini tinggal di Amerika Serikat.
Anis Shorrosh
Dalam salah satu situs webnya, Anis Shorrosh menempatkan The True Furqan dalam deretan buku-buku karyanya. Selain itu, salah satu halaman newsletter situs Trinity Broadcasting Network sempat melaporkan keberhasilan Shorrosh menyusun Al-Quran versi baru, yang menyertakan pesan-pesan Gospel.
Anis Shorrosh adalah salah satu evangelis terkemuka Amerika. Lahir di Nazareth, kota kelahiran Yesus, Anis Shorrosh mengalir darah Palestina. Konon, ayahnya meninggal ketika Nazareth jatuh ke tangan tentara Israel. Setelah Nazareth dikuasai Israel, Shorrosh pun terpaksa mengungsi ke Yordania. Ia kemudian belajar sosiologi di Mississippi College, sebelum belajar agama di New Orleans Baptist Theological Seminary. Ia juga punya dua gelar doktor dari Luther Rice International Seminary dan dari American Institute of Ministry di Dayton, Tennessee.
Walau mengaku sempat dendam terhadap Israel, belakangan Shorrosh malah bekerja di “negeri zionis” itu. Sejak 1959-1966, Anis Shorrosh telah menjadi evangelis di Timur Tengah. Tiga tahun di antaranya mengabdi pada Gereja Jerusalem Baptist. Dia juga pernah bertugas di Judea dan Samaria. Shorrosh pun mengajar di sejumlah sekolah teologi dunia. Pada 1990-an, ia lebih banyak bertugas sebagai misionaris di Afrika. Antara lain di Kenya, Capetown, Durban, dan Johannesburg. Setelah itu, pada 1995, Shorrosh bertugas di Selandia Baru, sebelum kemudian pergi ke Inggris dan Portugal. Setelah itu, barulah dia terkenal sebagai evangelis fanatik di Amerika.
Salah satu peristiwa yang mencuatkan nama Anis Shorrosh adalah perdebatannya dengan Ahmed Deedat, pendakwah Islam terkemuka asal Afrika Selatan. Deedat, peraih penghargaan Raja Faisal –penghargaan yang disebut-sebut sebagai “Nobel versi Islam”– adalah seorang kristolog, ahli ajaran Kristen, yang kerap mengundang pendeta Kristen terkemuka berdebat mengenai Injil. Perdebatan Anis Shorrosh dengan Ahmed Deedat pernah berlangsung dua kali pada 1980-an. Pertemuan pertama dengan topik bahasan “Apakah Yesus Itu Tuhan?” dilakukan di depan 5.000 hadirin di Albert Hall, London.
Pertemuan kedua, dengan hadirin tak kurang dari 12.000 orang, berlangsung di Birmingham, Inggris. Temanya, “Al-Quran dan Bibel: Yang Mana Firman Tuhan?”. Latar belakangnya sebagai keturunan Arab Palestina, boleh jadi, membuat Shorrosh punya keyakinan ekstra jika menilai miring Al-Quran serta Islam. Dan ia pun tak pernah berupaya menyembunyikan ketidaksukaannya pada Islam. Maka, setelah perdebatannya dengan Deedat, Shorrosh pun terus menorehkan reputasi sebagai pengkritik Islam yang keras. Lihat saja salah satu buku yang ditulisnya, Islam Revealed: A Christian Arab’s View of Islam.
Buku yang dipromosikan sebagai “pembuka mata untuk melihat agama mematikan yang dipercaya satu dari setiap lima orang di dunia” ini, selain berisi teks perdebatan antara Shorrosh dan Ahmed Deedat, juga berisi berbagai tudingan Shorrosh bahwa Islam merupakan kepercayaan yang salah dan penuh kekeliruan. Lebih jauh, dalam Islam Revealed, Shorrosh menggarisbawahi pendapatnya bahwa Islam sebenarnya merupakan agama teror yang menjunjung tinggi kekerasan. Walau kerap terlihat keliru menafsir Al-Quran, Shorrosh yakin, akar kekerasan Islam bersumber langsung dari Al-Quran. Maka, ia pun menganjurkan kaum Muslim untuk mengganti Al-Quran.
Mungkin, karena itu pula, Anis Shorrosh menyebut The True Furqan sebagai bacaan penting. “Inilah Quran yang lebih baik, ditulis dalam bahasa Arab yang indah dan benar, serta diterjemahkan dalam bahasa Inggris yang juga tepat,” katanya. Toh, The True Furqan bukan satu-satunya proyek Anis Shorrosh. Ia, misalnya, juga punya proyek khusus yang diberi nama “Project Informing Washington on the Truth of Islam”. Tetapi, yang disebutnya sebagai kampanye mengenai kebenaran Islam itu tak lain adalah propaganda untuk “menyadarkan” pemerintah dan rakyat Amerika bahwa negeri mereka telah diinvasi oleh Islam.
Buku-buku Anis Shorosh Lewat sebuah rekaman video berjudul Islam: A Threat or Challenge, Shorrosh berkampanye bahwa jauh sebelum peristiwa 11 September, ia sebenarnya telah sibuk mengingatkan Amerika dan seluruh dunia akan ancaman Islam. Rencananya, kaset propaganda ini dibagikan Shorrosh kepada seluruh anggota Kongres, Senat, dan politisi penting Amerika.
Toh, gaya Anis Shorrosh yang provokatif tak selalu membuat nyaman umat Kristen Amerika. Dua hari setelah serangan teroris 11 September ke Gedung World Trade Center, New York, Anis Shorrosh diundang ke Houston Baptist University (HBU). Ia diminta berceramah mengenai prinsip-prinsip dasar ajaran Islam.
Dalam ceramahnya, Shorrosh malah menghubungkan Nabi Muhammad dengan setan. Ia juga menyatakan dengan yakin, kaum Muslim adalah pencinta kekerasan. Ceramah itu pun menyinggung sebagian mahasiswa yang hadir, baik yang beragama Islam maupun sebagian yang Kristen.
Jurnal Baptist Standar pernah melaporkan bahwa ceramah Shorrosh itu memang penuh ucapan mengejutkan. Untuk menghindari masuknya teroris, misalnya, Shorrosh mengusulkan mengusir seluruh kaum Muslim yang datang ke Amerika. Shorrosh juga sempat mengatakan bahwa sebaiknya seluruh warga Amerika di Timur Tengah dipulangkan, setelah itu dibom atom saja kawasan tersebut.
Shorrosh punya satu jalan keluar saja bagi Islam. “Saya adalah salah satu dari ribuan umat Kristen yang setiap Jumat malam berpuasa dan berdoa bagi kejatuhan Islam,” katanya. Pidato semacam itu jelas membuat para petinggi universitas menyesal. Mereka meminta maaf pada hadirin atas pernyataan Shorrosh.
“Anda pasti tak akan mengundang tamu ke rumah Anda hanya untuk membiarkan dia menghina Anda,” tulis Doug Hodo, Rektor HBU, dalam edisi khusus surat kabar kampus yang terbit sehari setelah pidato Shorrosh.
“Orang memang tak perlu minta maaf untuk imannya. Tetapi, dalam lingkungan di mana ada orang beragama lain, Anda tentu tak bisa sengaja melakukan sesuatu hanya untuk melukai mereka,” kata Jack Purcell, Wakil Rektor HBU. [Hanin Mazaya/hidayatullah]
Sumber: Hidayatullah