(Arrahmah.com) – Dengan kemajuan yang ditorehkan tentara Daulah (ISIS/IS) di wilayah Kurdi dan Yazidi, media memberitakan kelompok ini dengan tuduhan kejahatan kemanusiaan. Maka AS memulai “serangan terbatas”. Ini merupakan intervensi pertama, setelah masuknya jamaah ini ke Syam sejak enam belas bulan yang lalu.
Serangan Amerika terhadap ISIS tersebut bagi sebagian pihak dipandang sebagai bukti bahwa ISIS berada dalam kebenaran, sedangkan pihak yang lain berada dalam kebatilan. Namun, mengapa AS hanya memerangi ISIS saja, sedangkan yang lain tidak?
Tujuan saya di sini bukanlah untuk membatasi kebenaran pada satu kelompok saja dan kebatilan untuk kelompok yang lain. Akan tetapi untuk memperluas persepsi kita dengan harapan bisa membangun kesadaran antara faksi mujahidin untuk menghadapi musuh bersama.
Ada logika yang muncul ke permukaan, yaitu: Siapa atau kelompok mana saja yang diperangi AS berarti kelompok itu berada dalam kebenaran, sedangkan yang dibiarkan berada dalam kebatilan. Dengan logika ini pula, bisa juga dikatakan:
“AS membiarkan jamaah Daulah untuk memerangai jamaah lain di Syam selama 8 bulan dan tidak menggempurnya. Pada saat yang sama, ISIS membiarkan kelompok Kristen dan tidak menyerang antek-antek AS di wilayah Kurdi. Ini menunjukkan bahwa Amerika merasa senang bila lawan-lawan (faksi-faksi mujahidin lain) ISIS melemah. Bila demikian, berarti lawan-lawan ISIS berada dalam kebenaran.”
Kita tidak boleh terjebak oleh logika sederhana ini. Janganlah menilai manhaj suatu kelompok itu haq atau batil dari penilaian dan penyikapan orang kafir terhadapnya. Ketika pesawat Nushairiyah menggempur Aleppo dengan birmil dan membiarkan Raqqah berbulan-bulan berturut-turut, kita tidak pantas menjadikan ini sebagai dasar untuk melihat benar dan tidaknya suatu kelompok.
Kita perlu mempelajari situasi dan kondisi musuh agar tahu apa yang mereka inginkan. Supaya kita tidak berbuat yang membuat mereka senang atau bekerja sejalan dengan rencana mereka, tanpa kita sadari.
Saya sadar sepenuhnya bahwa komplotan-komplotan yang melawan Islam berusaha untuk menyerang jamaah Daulah (ISIS/IS) dan jamaah-jamaah yang lain dalam pertempuran di Suriah. Mereka berusaha memecah belah antara satu dengan yang lain.
Fenomena tumbuhnya kelompok Islam bersenjata, pengumuman berdirinya Daulah (ISIS), sampai deklarasi khilafah, di wilayah yang memiliki kepentingan sensitif di mata dunia adalah isu besar. Wilayah ini (Syam) secara keseluruhan dianggap sebagai pilar keamanan, militer dan sistem politik internasional. Jangankan isu sebesar itu, ketika sebuah kelompok kecil (Ansharuddin) mendirikan masyarakat Islam di jantung padang pasir terpencil (Mali) saja, negara-negara Eropa tidak membiarkannya.
Mereka diserbu oleh Perancis bersama tentara Afrika dengan fasilitas pesawat dari negara-negara Maghribi dan dibiayai oleh negara-negara Teluk. Segala upaya tadi dilakukan hanya untuk menghilangkan komunitas kecil muslim dan sederhana yang relatif diabaikan jika dibandingkan suatu wilayah sekaliber Syam.
Lembaga internasional (PBB) membiarkan faksi-faksi jihad saling berperang, tanpa ada usaha untuk intervensi langsung demi mengatasi konflik di antara mereka. PBB membiarkan salah satu di antara faksi tersebut untuk membentuk “negara”. Akhirnya mereka terlibat dalam perang sesame mujahidin, seperti yang terjadi di wilayah Timur Suriah.
Mereka membiarkan itu semua. Bahkan mereka berusaha meniupkan api perperangan. Mereka sama sekali tidak melakukan tindakan kecuali ketika kepentingannya di daerah Kurdi terusik. Dan itu pun hanya serangan terbatas, tidak untuk membasmi mereka secara keseluruhan.
Dengan asumsi bahwa ISIS akan mencoba untuk memperluas operasi ke wilayah Selatan, sistem internasional telah campur tangan untuk mengembalikan keseimbangan proyek Persia Safawi di Irak. Ini merupakan alat bagi sistem internasional untuk melemahkan dunia Islam.
Semua ini menunjukkan bahwa ada wilayah yang boleh dan tidak boleh bagi Amerika! Ini seharusnya menjadi pesan yang jelas bagi ISIS dan semua kelompok jihad lainnya, siapa musuh yang sesungguhnya. Mereka harus bisa menghindari arogansi kelompoknya serta mengatur stategi bersama!
Musuh kita tidak akan peduli dengan beberapa celah pergerakan kita atau perselisihan yang tidak sehat serta kecacatan intelektual dan manhaj yang kita miliki. Kemudian, musuh menjadikan perilaku yang mengarah kepada persaingan dan kezaliman internal ini untuk memecah belah barisan dan melemahkan mereka.
Namun, kita justru melihat itu sebagai langkah yang benar karena dianggap penting untuk menyatukan barisan demi persiapan untuk pertempuran pembebasan yang lebih besar! Ketika kita keluar dari fenomena tersebut serta membuat ancaman atas segala kepentingan musuh kita, mereka pun menyerang kita agar kembali kepada perbatasan yang telah mereka atur. Dengan demikian, eksitensi kita pun tidak lagi tersisa.
Mungkin sebagian orang akan mengatakan bahwa ulasan saya ini adalah celaan bagi kelompok tertentu. Orang-orang yang tidak melihat sesuatu secara makro dan tidak mengetahui kemaslahatan umum untuk Islam dan kaum muslimin mungkin akan mengatakan seperti itu. Demikian pula orang-orang yang dihalangi oleh kebanggaan kepada jihad yang keliru, dan fanatisme kepada satu kelompok.
Saya tidak peduli dengan orang-orang seperti mereka. Karena seruan saya ini saya tujukan kepada saudara-saudaraku yang berakal di jamaah Daulah (ISIS/IS) dan jamaah-jamaah lainnya. Ini adalah seruan untuk memotivasi agar jihad dan pengorbanan kalian tidak jatuh pada jalan yang tidak diridhoi Rabb, tanpa kalian sadari.
Ya Allah jadikanlah tipu daya orang-orang kafir berbalik kepada diri mereka sendiri, serta satukanlah hati kaum muslimin. (kiblat.net/arrahmah.com)