Oleh: Umar Syarifudin, Syabab Hizbut tahrir Indonesia
(Arrahmah.com) – Khusus untuk menangani kebangkitan Islam Politik, Rand Corp. pada tahun 2007 mengeluarkan sebuah laporan setebal 217 halaman yang berjudul: Building Moderate Muslim Network. Dalam laporan yang terdiri atas sepuluh bab tersebut, Rand Corp. mengungkapkan latar belakang dilakukannya kajian ini, di mana ada ketidakseimbangan kekuatan antara kalangan radikal-fundamentalis dengan kalangan moderat-liberal.
Rand Corp adalah Pusat Penelitian dan Kajian Strategis tentang Islam di Timur Tengah atas biaya Smith Richardson Foundation, berpusat di Santa Monica-California dan Arington-Virginia, Amerika Serikat (AS). Sebelumnya ia perusahaan bidang kedirgantaraan dan persenjataan Douglas Aircraft Company di Santa Monica-California, namun entah kenapa beralih menjadi think tank (dapur pemikiran) di mana dana operasional berasal dariproyek-proyek penelitian pesanan militer.
Rand Corporation telah membuat dua pemetaan, yakni memetakan kekuatan dan kelemahan dari potensi-potensi kekuatan Islam di Negara-negara berkembang. Setelah dipetakan lalu kemudian dibangun suatu strategi bagaimana melemahkan dan memecah belah kekuatan-kekuatan Islam itu sendiri.
Proyek Rand Corp. adalah berdasarkan asumsi pemikiran dari salah satu pakar Pentagon, Samuel Huntington dalam bukunya clash of civilization. Pada inti asumsinya adalah akan muncul kekuatan baru, yaitu Rusia dan Cina tidak dalam konteks kekuatan komunis, melainkan imperium kekuatan baru yang menjadi ancaman potensial bagi Amerika. Pemetaan yang kedua ialah mengingat konflik dan kebutuhan Cina dan Rusia tersebut, pada perkembangannya lagi akan melibatkan negara-negara Islam yang juga mulai bangkit yang kemudian menjadi suatu objek baru menggantikan komunis sebagai ancaman. Jadi, Islam dimunculkan sebagai kekuatan baru yang melekat dengan barisan Cina dan Rusia.
Sedang dokumen lain senada, yang terbit Desember tahun 2004 dibuat oleh Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Council) atau NIC bertajuk Mapping The Global Future. Tugas NIC ialah meramal masa depan dunia. Inti laporan NIC itu ialah tentang perkiraan situasi tahun 2020-an. Rinciannya adalah (1) Dovod World: Kebangkitan ekonomi Asia, dengan Cina dan India bakal menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia; (2) Pax Americana: Dunia tetap dipimpin dan dikontrol oleh AS; (3) A New Chaliphate: Bangkitnya kembali Khilafah Islamiyah, yakni Pemerintahan Global Islam yang bakal mampu melawan dan menjadi tantangan nilai-nilai Barat; dan (4) Cycle of Fear: Muncul lingkaran ketakutan (phobia). Yaitu ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan akan terjadi kekacauan di dunia, kekerasan akan dibalas kekerasan.
Secara detail Rand Corp mengungkapkan peta jalan (road map) bagaimana membangun jaringan Muslim moderat ini dengan mulai memberikan prioritas bantuannya pada pihak-pihak yang dinilai paling cepat memberikan dampak dalam perang pemikiran, yakni : 1) Akademisi dan intelektual Muslim yang liberal dan sekuler, 2) Mahasiswa muda religius yang moderat, 3) Komunitas aktivis, 4) Organisasi-organisasi yang mengkampanyekan persamaan gender, dan 5) Wartawan dan penulis moderat. Pemerintah AS harus memastikan bahwa kalangan-kalangan tersebut diikutsertakan dalam kunjungan kongresional (dialog), dan membuat mereka dikenal oleh pembuat kebijakan.
Rand Corp. juga merinci kriteria kalangan moderat-liberal yang akan dijadikan mitra AS, yakni : 1) Mendukung demokrasi, 2) Mengenal hak-hak manusia, termasuk di dalamnya kesetaraan gender dan kebebasan berkeyakinan, 3) Menghargai keberagaman, 4) Menerima sumber hukum yang non sektarian, 5) Menentang terorisme dan bentuk-bentuk kekerasan ilegal lainnya.
Pembinaan-pembinaan yang dilakukan atas mereka selanjutnya diarahkan ke dalam sektor-sektor yang meliputi :
- Democratic education (pendidikan demokratis), khususnya pada program-program yang menggunakan teks-teks Islam dan model pengajaran tradisional yang mendukung nilai-nilai demokratis dan pluralistik.
- Media. Dukungan bagi media yang moderat sangat penting untuk menyerang dominasi media yang anti demokratis dan elemen-elemen Muslim konservatif.
- Gender equality (kesetaraan gender). Isu hak-hak perempuan merupakan hal mendasar pada perang pemikiran dalam Islam. Promosi kesetaraan gender merupakan komponen kritis untuk memperkuat Muslim moderat.
- Policy Advocacy (Advokasi/dukungan kebijakan). Kalangan Islamis memiliki sejumlah agenda, dan kalangan moderat memerlukan advokasi kebijakan untuk membentuk lingkungan yang legal dan politis di dunia Islam.
Kajian teknis yang dikeluarkan Rand Corp. sebelumnya pada tahun 2003 yang berjudul Civil Democratic Islam bahkan secara terbuka membagi umat Islam ke dalam kelompok-kelompok: Fundamentalis, Tradisionalis, Modernis, dan Sekuleris.
Kelompok Fundamentalis diidentifikasi sebagai kalangan yang menolak demokrasi dan budaya Barat, menginginkan sebuah negara otoriter yang menerapkan hukum Islam, serta memakai penemuan dan teknologi modern untuk mencapai tujuan mereka. Kelompok Tradisionalis dicirikan sebagai suatu masyarakat yang konservatif, mencurigai modernitas, inovasi, dan perubahan. Adapun kelompok Modernis menginginkan dunia Islam menjadi bagian modernitas global. Mereka ingin memodernkan dan mereformasi Islam dan menyesuaikannya dengan zaman. Sedangkan kelompok Sekularis diidentifikasi sebagai kalangan yang menginginkan dunia Islam dapat menerima pemisahan antara agama dan negara seperti yang dilakukan negara-negara demokrasi industri Barat, dengan membatasi agama hanya pada lingkup pribadi.
Rand Corp. selanjutnya merinci langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menggempur kalangan yang mereka kelompokkan sebagai fundamentalis yakni mendukung kelompok modernis, mendukung kaum tradisionalis dalam menentang kaum fundamentalis, mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis, dan mendukung kaum sekuler secara selektif.
Sekarang Anda telah menyadari, Amerika dan sekutunya tidak kenal lelah dalam memecah belah umat Islam dan melempar isu di tengah-tengah umat agar tercerai berai. Semua ini disebabkan oleh fakta bahwa Barat secara pahit dikalahkan dalam perang intelektual dengan pemikiran Islam. Amerika telah mendelegasikan kepada para penguasa kaum Muslim pengkhianat itu untuk melemahkan umat Islam.
Fakta telah membalik asumsi Barat, hasil survey dari Pew Research Center, seperti dikutip LA Times 2010 menyatakan mayoritas umat Muslim di seluruh dunia menyambut peran signifikan Islam dalam kehidupan politik negaranya. Sebuah survey di tahun 2016, SEM Institute menyebut angka 72 % masyarakat Muslim Indonesia menginginkan syariat Islam sebagai sistem negara. Patut diingat tindakan-tindakan represif rejim kapitalis terhadap aktivis dakwah di barat dan di Timur, utara maupun selatan tidak akan pernah mencegah mereka dari melakukan syiar dakwah.
Para pengemban dakwah akan terus melangkah berpacu dengan waktu dalam rangka meninggikan Islam. Umat Islam semakin menunjukkan dukungan kepada para pejuang Islam secara terbuka. Umat Islam kini telah berada di ambang kemenangan, insyaAllah. Dan sesungguhnya gelombang tampilnya Khilafah sebagai sebuah kekuatan tidak akan mampu dihentikan oleh kekuatan apapun di bumi ini.
(*/arrahmah.com)