GAZA (Arrahmah.id) — Sebuah dokumen terbaru soal hasil negosiasi Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, diklaim bocor.
Dilansir Al Mayadeen (1/5/2024), dokumen negosiasi antara Israel dengan Hamas yang berlangsung selama beberapa waktu terakhir telah menyepakati negosiasi pertukaran sandera hingga gencatan senjata.
Kedua pihak dikabarkan sepakat untuk melakukan pertukaran sandera, baik bagi yang sudah mati maupun yang masih hidup.
Al Mayadeen melaporkan bahwa kesepakatan akan berlangsung selama lebih dari 30 hari.
Pada tahap pertama yang Hamas sepakati, tentara Israel yang menduduki wilayah Gaza utara harus mundur ke arah timur dan menjauh dari area padat penduduk.
Sejumlah pesawat Israel yang kerap mengintai juga dilarang untuk terbang di atas Jalur Gaza selama delapan jam setiap hari. Terlebih, saat masa pertukaran sandera pesawat tersebut justru dilarang selama 10 jam.
Lalu, pasukan Israel akan diperintahkan untuk mundur ke arah timur seraya dengan melepaskan sandera perempuan. Penarikan pasukan tersebut juga diharapkan agar bantuan kemanusiaan dapat masuk lebih jauh ke pemukiman.
Setelah sepertiga sandera Israel dilepaskan, pasukan tentara harus mundur dari Jalur Gaza tengah ke daerah dekat perbatasan.
Sejumlah operasi militer yang masih berlangsung juga dihentikan sementara selama masa pertukaran sandera.
Tel Aviv disebut sepakat untuk melepas 20 anak-anak dan perempuan Palestina usai Hamas membebaskan 33 sanderanya.
Kedua pihak juga diklaim sepakat untuk melepas sandera yang sedang sakit dan berumur lebih dari 50 tahun.
Selain itu, Hamas juga disebut untuk membebaskan setiap wanita wajib militer Israel yang masih hidup dan bertugas sejak 7 Oktober 2023. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan 40 tahanan Palestina.
Setelah semua sandera yang masih hidup dibebaskan, beberapa korban yang tewas dari kedua juga disebut akan dikembalikan.
Selain pertukaran sandera, rencana pembangunan kembali Jalur Gaza selama lima tahun juga diklaim kedua pihak sepakati yang mencakup pembangunan unit rumah dan fasilitas publik.
Namun pihak Palestina diperintahkan untuk tidak membangun fasilitas militer apapun selama periode rekonstruksi berlangsung. Pemerintah Palestina juga dilarang untuk mengimpor peralatan hingga bahan mentah sebagai bahan untuk keperluan militer.
Dokumen perjanjian itu disebut telah disepakati. Namun sejauh ini belum ada kabar lebih lanjut terkait realisasi kesepakatan tersebut.
Terlebih, niat Israel semakin menjadi-jadi usai menyebut Tel Aviv akan tetap menggempur habis Rafah di tengah kesepakatan yang ada.
Pada sisi lain, Hamas juga tetap menekankan upaya gencatan senjata permanen di Gaza dan disebut berencana akan disampaikan dalam waktu dekat. (hanoum/arrahmah.id)