ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Pemerintah boneka Pakistan menyeru majikan mereka, AS, untuk meningkatkan serangan drone dan meminta pasukan khusus AS ditempatkan pada pangkalan militer Pakistan, ungkap bocoran kawat diplomatik AS yang diterbitkan harian Pakistan.
Bocoran dokumen ini diterbitkan pada Sabtu (21/5/2011) oleh Dawn, harian terbesar Pakistan berbahasa Inggris, merinci hubungan erat antara militer Pakistan dan AS serta badan intelijen mereka.
Dawn melaporkan bahwa mereka telah menandatangani kesepakatan dengan Jullian Assange, pemimpin Wikileaks untuk mendapatkan akses eksklusif ke lebih dari 4.700 kawat AS berkenaan dengan Pakistan.
Ia mulai menerbitkan bocoran dokumen itu pada Sabtu dan mengatakan akan terus mengeluarkan laporan itu.
Angkatan pertama kawat menunjukkan bahwa pejabat Pakistan, termasuk petinggi Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Darat, Ashfaq Parvez Kayani, secara eksplisit meminta perwakilan AS untuk meningkatkan aktivitas pesawat tak berawak di Pakistan.
Dalam sebuah pertemuan pada tanggal 22 Januari 2008, Kayani meminta William J. Fallon, komandan Komando Pusat AS, untuk meneruskan serangan pesawat tak berawak di daerah konflik di Waziristan Selatan, barat laut Pakistan, yang berbatasan dengan Afghanistan, di mana Pakistan telah mengobarkan perang melawan Mujahidin Taliban Pakistan.
Fallon mengatakan dia tidak bisa membuat itu terjadi, tapi menawarkan untuk menempatkan Marinir AS di tanah Pakistan untuk mengkoordinasikan serangan udara untuk tentara Pakistan. Kayani mengatakan bahwa “tidak akan diterima secara politis”.
Kurang dari dua bulan kemudian, Kayani bertemu dengan Mike Mullen, dan meminta untuk membantu menyetujui sebuah “Operasi ketiga untuk pesawat AS di wilayah perbatasan FATA”, menunjukkan bahwa Amerika Serikat telah mengamankan dua zona untuk operasi drone, tetapi Pakistan telah menetapkan ketentuan tentang seberapa jauh pesawat bisa berkelana.
Di bulan September 2009, seorang perwira tinggi pejabat di daerah FATA mengatakan kepada diplomat AS di dekat konsulat di Peshawar bahwa AS bisa membantu sebuah operasi militer yang akan datang di Waziristan selatan sebagai lanjutan serangan drone.
Birokrat FATA bahkan menawarkan strategi khusus.
“Dia menjelaskan bahwa setelah serangan, para ‘teroris’ mengumpulkan jenazah dalam 10-24 jam pertama setelah serangan, orang-orang di daerah itu adalah ‘teroris’,” ujar pejabat konsulat di Peshawar, Candace Putnam.
“Kalian harus memukul mereka lagi-tidak ada orang tak bersalah di daerah itu saat itu,” lanjut Putnam dalam laporannya mengutip pernyataan seorang pejabat Pakistan.
“Pejabat itu juga menggambarkan diagram meletakkan dasar alasan untuk menandatangani serangan bahwa yang dieliminasi adalah kamp ‘teroris’ dan mendesak bahwa AS harus melakukan lebih dari ini,” lanjutnya.
Pejabat Angkatan Udara Pakistan baru-baru ini mengaku selama sesi penutupan parlemen-menyeru untuk membahas serangan AS yang menewaskan Syaikh Usamah bin Ladin-bahwa AS menerbangkan drone dari pangkalan udara Shamsi di provinsi Balochistan, menurut laporan berita. Namun para pejabat mengklaim drone AS yang diterbangkan dari Shamsi tidak bersenjata.
Aktivitas Operasi Khusus AS di Pakistan telah dilaporkan selama bertahun-tahun tetapi tidak pernah dikonfirmasikan oleh para pejabat dari kedua negara. Tiga tentara AS pernah dilaporkan tewas dalam serangan bom pada Februari 2010 di barat laut Pakistan yang dilancarkan oleh Mujahidin Taliban. Sedikitnya 60 sampai 100 pasukan operasi khusus AS di Pakistan dengan dalih melakukan pelatihan terhadap Korps Perbatasan, lapor New York Times.
Jeremy Scahill, menulis untuk majalah Nation pada Desember 2009, melaporkan bahwa Komando
Operasi Khusus Gabungan AS dan perusahaan jasa keamanan swasta Xe Service yang dikenal dengan Blackwater, beroperasi dan berbasis di kota pelabuhan Karachi.
Di sana, tulis Scahill mereka merencanakan pembunuhan bertarget untuk menangkap pejuang Taliban dan Al Qaeda dan membantu mengoperasikan drone AS yang dipegang oleh CIA.
Secara tak langsung dapat disimpulkan bahwa otoritas boneka Pakistan menghabisi rakyatnya sendiri melalui tangan AS dalam serangan pesawat tak berawak yang menghantam wilayah barat laut Pakistan. Sebagian besar dari korban adalah warga sipil tak bersenjata, menurut pengakuan penduduk setempat. (haninmazaya/arrahmah.com)