WASHINGTON (Arrahmah.com) – Sejumlah dokumen kembali memperlihatkan bahwa beberapa penasihat mantan presiden AS, George W. Bush, telah memfokuskan pada pembenaran perang baru di Irak sesaat setelah dia menjabat.
Dokumen resmi yang dirilis pada hari Rabu (22/9/2010) menunjukkan bahwa beberapa jam sesudah serangan 2001 di Menara Kembar di New York, Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld membicarakan penyerangan terhadap Irak.
Dokumen yang diposkan oleh Arsip Keamanan Nasional memperlihatkan bahwa Donald Rumsfeld membahas rencana perang ke Irak hanya dua bulan setelah Invasi AS ke Afghanistan tahun 2001.
Dalam memo tertanggal 27 November beberapa tahun lalu, ia telah mengesahkan perang di Irak.
Aksi militer Irak menyerang daerah kantong utara Irak yang dilindungi AS, memperlihatkan bagaimana hubungan antara mantan diktator Irak Saddam dan serangan 11 September atau serangan antraks yang saat itu melanda Irak dan perselisihan inspeksi senjata PBB, adalah sejumlah skenario yang telah dirancang sedemikian rupa oleh AS.
Dokumen yang dirilis atas permintaan Freedom of Information juga menunjukkan bahwa Gedung Putih mengklaim Irak memiliki senjata nuklir berdasarkan tabung aluminium yang berhasil disita, juga adalah skenario yang dibuat-buat. Klaim ini bahkan digembar-gemborkan sebelum keluar hasil penilaian dari tabung yang disita.
Setelah invasi, Kelompok Survei Irak memperlihatkan hasil penelitiannya terhadap tabung tersebut yang ternyata hanya bisa dipakai untuk memproduksi roket konvensional berdiameter 81 mm, dan tidak sama sekali ditemukan bukti bahwa program itu bisa dipakai untuk mendesain atau mengembangkan nuklir. (althaf/arrahmah.com)