PARIS (Arrahmah.id) – Ghassan Abu-Sitta, seorang dokter yang menghabiskan 43 hari di Gaza untuk membantu merawat mereka yang terluka dalam perang “Israel”, mengatakan bahwa ia ditolak masuk ke Prancis di mana ia dijadwalkan untuk berpidato di Senat.
“Saya berada di bandara Charles De Gaulle. Mereka mencegah saya memasuki Prancis. Saya seharusnya berbicara di Senat Prancis hari ini,” Abu-Sitta memposting di platform media sosial X pada Sabtu (4/5/2024).
“Benteng Eropa membungkam para saksi genosida sementara ‘Israel’ membunuh mereka di penjara,” tambah ahli bedah plastik terkenal Inggris-Palestina yang juga rektor Universitas Glasgow itu, seperti dilansir Al Jazeera.
Abu Sitta ditempatkan di zona penahanan di bandara dan akan diusir, menurut Senator Prancis Raymonde Poncet Monge, anggota Partai Hijau yang telah mengundangnya untuk berbicara di Senat.
Presiden kelompok Senat Partai Hijau, Guillaume Gontard, menyebut keputusan untuk memblokir Abu-Sitta sebagai “skandal”, dan mengatakan bahwa ia sedang bernegosiasi dengan kementerian dalam negeri dan kementerian luar negeri untuk membatalkan langkah tersebut. Dia menambahkan, bagaimanapun, bahwa dokter tersebut mungkin akan dikirim kembali ke Inggris.
Posting di X pada Sabtu, Poncet Monge mengatakan bahwa seminar tersebut dapat mengikutsertakan Abu-Sitta melalui konferensi video sehingga ia dapat berbicara. “Kami marah karena dia tidak bisa hadir di antara kami,” katanya.
Abu-Sitta memposting di X bahwa ia ditolak masuk ke Prancis karena larangan dari Jerman bulan lalu. “Mereka mengatakan Jerman melarang saya masuk ke Eropa selama satu tahun,” tulisnya.
Sebuah sumber kepolisian Prancis mengonfirmasi kepada kantor berita AFP bahwa Prancis tidak dapat menerima dokter tersebut karena terikat oleh larangan yang dikeluarkan Jerman untuk masuk ke zona Schengen yang bebas dari perbatasan Eropa, di mana kedua negara menjadi anggotanya.
Kementerian Luar Negeri Prancis, Kementerian Dalam Negeri, dan otoritas bandara Paris tidak berkomentar tentang apa yang terjadi atau memberikan penjelasan.
‘Kanker McCarthyite dari Jerman ke Prancis’
Pada April, Abu-Sitta akan berbicara di acara Kongres Palestina di Berlin ketika Jerman menolaknya masuk. Dia mengatakan bahwa dia ditanyai selama berjam-jam di bandara sebelum diberitahu bahwa dia tidak diizinkan memasuki negara itu.
Jerman adalah salah satu pemasok militer terbesar “Israel”, mengirimkan 326,5 juta euro ($353,7 juta) dalam bentuk peralatan dan senjata pada 2023, menurut data Kementerian Ekonomi.
Ada “tekanan dari pemerintah federal” untuk membatalkan Kongres Palestina, kata penyelenggara Nadija Samour pada saat itu, dan menambahkan bahwa Jerman “secara aktif dan tidak sah” berusaha menghalangi acara tersebut.
Pada Sabtu, para pengunjuk rasa dan kritikus mengutuk perlakuan Uni Eropa terhadap Abu-Sitta.
“Prancis Macron mempermalukan kita. Ghassan Abu Sitta HARUS bisa datang ke Prancis dan menjadi saksi atas kengerian yang dilihat dan dialami di Gaza,” kata Mathilde Panot, wakil dari Majelis Nasional Prancis dalam sebuah posting di X.
Yanis Varoufakis, mantan menteri keuangan Yunani yang juga dilarang berbicara di Kongres Palestina di Berlin bersama Abu-Sitta, mengatakan bahwa “kanker McCarthyite telah menyebar dari Jerman ke Prancis”.
“Saatnya bangkit di seluruh Uni Eropa melawan upaya terang-terangan untuk melindungi apartheid-Israel dari kritik yang rasional dan humanis,” ujarnya di X.
Dia juga memperingatkan bahwa dia akan membawa pihak berwenang Jerman ke pengadilan karena mereka telah menolak permintaan pengacaranya untuk memberi tahu dia tentang alasan pelarangannya dari Jerman. (haninmazaya/arrahmah.id)