WASHINGTON (Arrahmah.com) – Militer dan agen mata-mata Amerika mendorong dokter yang bekerja di penjara AS dan kamp konsentrasi untuk melanggar etika medis dengan mengambil bagian dalam penganiayaan tahanan oleh para interogator.
Sebuah laporan yang dikeluarkan pada Senin (4/11/2013) oleh Universitas Coloumbia, meminta Departemen Pertahanan dan CIA untuk mengikuti standar medis internasional tentang perlakuan terhadap tahanan Muslim. Meskipun pelanggaran terburuk dikutip dalam laporan tersebut terjadi sebelum tahun 2006, kamp konsentrasi Amerika di Teluk Guantanamo tetap bertentangan dengan standar itu, seperti dilaporkan Kavkaz Center.
Sebagai buntut dari serangan September 2001, ketika pasukan penjajah AS mulai menangkapi pejuang tersangka Al Qaeda, dokter militer Amerika diberitahu ini adalah situasi darurat dan keamanan nasional dipertaruhkan.
Hasilnya adalah bahwa dokter akhirnya menyerah kepada interogator yang merancang dan menerapkan penganiayaan, perlakukan tidak manusiawi terhadap para tahanan perang, mereka mempraktekkan jenis-jenis penyiksaan yang jelas-jelas bertentangan dengan prinsip profesional mereka.
Perilaku dokter dan psikiater didikte oleh perubahan peraturan dan pemahaman tentang prinsip-prinsip etika kedokteran yang ditularkan oleh departemen pertahanan. Mereka merusak dan menyimpangkan etika kedokteran dalam menangani tahanan.
Lebih dari 100 tahanan Muslim meninggal dalam penyiksaan di tahanan Amerika antara tahun 2002 sampai 2005 dengan 43 kematian diklasifikasikan sebagai pembunuhan.
Dokumen berjudul : “Etika Terbengkalai : Profesionalisme Medis dan Penyiksaan Tahanan dalam Perang melawan Teror” adalah produk dari tiga tahun studi catatan publik oleh 20 orang. Ditemukan bahwa Pentagon mempersilakan pelanggaran etika seperti penggunaan informasi medis dalam interogasi dan partisipasi dokter-yang telah disumpah untuk tidak membahayakan.
Kelompok ini menyeru penyelidikan penuh setelah peristiwa 911 termasuk pemeriksaan medis terhadap tahanan Muslim, review dari log interogasi dan dokumen mengenai pengobatan dan penanganan kondisi tahanan. Para dokter diyakini terlibat dalam puluhan kematian tahanan Muslim. (haninmazaya/arrahmah.com)