DAMASKUS (Arrahmah.com) – Video yang menunjukkan warga Suriah yang kurus mengenaskan di kota Madaya yang terkepung menjadi sorotan pekan ini, mengingatkan kepada dunia luar akan kondisi negara yang dilanda perang itu, dimana bom dan bentrokan bukan satu-satunya cara orang mati dalam konflik.
Desa yang dikuasai kelompok oposisi itu telah dikepung oleh pemerintah Suriah selama berbulan-bulan, yang berarti bantuan pangan dan konvoi kemanusiaan lainnya tidak diizinkan masuk ke wilayah itu sejak Oktober.
Sebagaimana dilansir oleh Al Bawaba, Kamis (7/1/2016), sebuah rekaman video menunjukkan bayi yang baru lahir dengan wajah pucat, dimana sang narator dalam rekaman itu mengatakan bahwa orang-orang sudah tidak tahan lagi dengan air dan garam serta mayat orang-orang yang meninggal karena kelaparan.
Pada hari Kamis, pemerintah Suriah setuju untuk mengizinkan konvoi bantuan dari kelompok-kelompok kemanusiaan memasuki wilayah itu. Mereka mengatakan bahwa mereka akan mulai mengirim barang dalam beberapa hari mendatang.
Tapi bantuan medis kelompok Doctors Without Borders mendorong langkah lebih lanjut, yang menyerukan agar penduduk desa yang sakit dievakuasi dan diberi perawatan medis luar Madaya.
Organisasi itu mengatakan bahwa sekitar 20.000 warga telah terkepung di desa itu sejak Juli tahun lalu. Situasi mencapai titik didih ketika makanan dan persediaan yang dikirim oleh konvoi bantuan pada pertengahan Oktober sudah habis pada Januari.
Madaya sekarang tak ubahnya bagai penjara terbuka bagi sekitar 20.000 orang, termasuk bayi, anak-anak dan orang lanjut usia. Tidak ada cara untuk keluar atau masuk area itu, menyebabkan banyak orang meninggal, ungkap Brice de le Vingne, direktur operasi Doctors Without Borders dalam sebuah pernyataan.
Para petugas medis melaporkan bahwa orang-orang yang mencoba meninggalkan wilayah tersebut harus berhadapan dengan peluru dan ranjau darat, ungkap Vingne.
Organisasi itu mengatakan bahwa berkurangnya pasokan makanan telah memaksa petugas medis untuk menggunakan sirup kesehatan untuk memberi makan anak-anak, sehingga menyebabkan persediaan medis semakin menipis. Perwakilan dari Doctors Without Borders mengatakan bahwa pasien yang sakit perlu dievakuasi untuk mendapatkan perawatan.
(ameera/arrahmah.com)