(Arrahmah.com) – Diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Mas’ud RA bahwasanya Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabat dan mengajarkan sebuah doa yang sangat agung dan penuh hikmah berikut ini.
«اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ، مُثْنِينَ بِهَا، قَابِلِيهَا وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا»
“Ya Allah, satukanlah hati-hati kami, perbaikilah hubungan di antara sesama kami, tunjukkanlah kami kepada jalan-jalan keselamatan, selamatkanlah kami dari kegelapan menuju cahaya, jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji yang nampak maupun yang tersembunyi.
Ya Allah, berkahilah untuk kami pendengaran-pendengaran kami, penglihatan-penglihatan kami, hati-hati kami, istri-istri kami, dan anak keturunan kami! Ampunilah kami karena sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang! Jadikanlah kami orang-orang yang bersyukur atas nikmat-Mu, memujinya, menerimanya, dan sempurnakanlah nikmat-Mu tersebut untuk kami.”
(HR. Abu Daud no. 969 dan Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam al-Awsath no. 5769, Al-Mu’jam al-Kabir no. 10426, dan Ad-Du’a no. 1429 dan 1430. Al-Hafizh Nuruddin Ali bin Abi Bakr al-Haitsami menyatakan sanadnya baik)
Penjelasan makna hadits:
Imam Zainuddin Muhammad bin Abdurrauf al-Munawi (1031 H) menjelaskan makna doa di atas sebagai berikut:
Ya Allah, satukanlah hati-hati kami: Jadikanlah hati-hati kami saling akrab, mengasihi, dan menyayangi sehingga hati-hati kami teguh di atas ketakwaan, mampu memerangi musuh-musuh-Mu dan menegakkan dien-Mu.
Perbaikilah hubungan di antara sesama kami: Perbaikilah kondisi di antara kami sehingga kami bisa bersatu.
Tunjukkanlah kami kepada jalan-jalan keselamatan: Tunjukkanlah kami kepada jalan-jalan yang terbebas dari berbagai bencana, atau tunjukkanlah kami jalan ke surga, negeri keselamatan.
Selamatkanlah kami dari kegelapan menuju cahaya: Selamatkanlah kami dari kegelapan-kegelapan dunia menuju cahaya-cahaya akhirat, atau selamatkanlah kami dari kegelapan-kegeapan maksiat menuju cahaya-cahaya ketaatan.
Jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi: Jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan buruk, yang lahir maupun yang batin, karena sesungguhnya kami lemah, tidak mampu meninggalkannya dan mengangkat tekad kami untuk menjauhinya sekalipun kami telah berusaha, karena kami memiliki sifat alami lemah dan setan menguasai kami, maka tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan-Mu.
Ya Allah, berkahilah untuk kami pendengaran-pendengaran kami, penglihatan-penglihatan kami, hati-hati kami, istri-istri kami, dan anak keturunan kami:
Ampunilah kami: Meminta ampunan adalah buah dari amalan kebaikan, selain juga merupakan tujuan orang-orang yang mendalam pengetahuannya terhadap Allah. Ia kemudian menyebutkan alasan keinginan mendapat ampunan Allah, yaitu kebiasaan Allah adalah melimpahkan karunia-Nya, maka ia mengatakan,
karena sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat: Maha mengembalikan hamba-amba-Nya kepada tempat-tempat keselamatan setelah hamba-hamba-Nya dikuasai dan disesatkan oleh musuh mereka (setan jin dan manusia), agar mereka mengetahui karunia-Nya kepada mereka dan keagungan kekuasaan-Nya. Kemudian ia melanjutkan dengan menyebutkan sifat Allah yang lain sebagai alasan meminta ampunan,
lagi Maha Penyayang: Yang sangat melimpahkan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya.
Jadikanlah kami orang-orang yang bersyukur atas nikmat-Mu, memujinya, menerimanya, dan sempurnakanlah nikmat-Mu tersebut untuk kami: Ia meminta taufiq untuk senantiasa bisa bersyukur, karena syukur adalah pengikat nikmat. Dengan adanya syukur, nikmat akan kekal dan dengan tiadanya syukur, nikmat akan hilang. (Faidhul Qadir Syarh al-Jami’ ash-Shaghir, 2/118)
(muhib almajdi/arrahmah.com)