(Arrahmah.com) – Musim hujan dengan curah hujan yang tinggi dan deras seringkali identik dengan musibah dan bencana alam. Banjir bandang dan tanah longsor menjadi fenomena yang tak asing lagi. Banjir bandang kerapkali diikuti oleh genangan air setinggi puluhan centimeter hingga beberapa meter, yang baru akan surut beberapa hari kemudian.
Jika hal itu terjadi, kegiatan ekonomi biasanya terhambat dan berbagai penyakit seperti penyakit kulit akan muncul sebagai dampak negatifnya. Apabila banjir timbul karena hujan deras dan angin kencang, maka seringkali pohon-pohon bertumbangan sehingga menimpa rumah, kendaraan atau warga. Korban jiwa dan harta benda tak bisa dihindari lagi.
Di lautan, hujan deras dan angin kencang bisa menimbulkan badai. Keselamatan para penumpang dan barang yang melakukan perjalanan laut bisa terancam saat terjadi badai dahsyat. Saat ketinggian ombak mencapai beberapa meter di atas permukaan air laut, kapal-kapal berbobot ribuan ton pun bisa terdampar ke pantai, seperti baru-baru ini terjadi di Indramayu.
Tentu saja musibah tidak terbatas karena hujan, angin badai dan badai laut semata. Bencana bisa juga terjadi di daratan di musim kemarau, misalnya kebakaran pemukiman atau kebakaran hutan. Musibah juga bisa terjadi di jalan raya, misalnya karena tabrakan kendaraan. Bahkan musibah bisa terjadi karena perkara sepele, misalnya menginjak paku bekas yang berkarat, sehingga terkena infeksi tetanus yang bisa berujung kepada kematian.
Oleh karena itu seorang muslim senantiasa berdoa kepada Allah agar dilindungi dari segala bentuk musibah, yang mungkin datang secara tiba-tiba dari arah yang tidak disangka-sangka. Salah satu doa tersebut adalah doa yang menjadi wirid pagi dan sore Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam berikut ini.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam tidak pernah meninggalkan doa berikut ini di waktu pagi dan sore:
«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعَاتِي، وَاحْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي»
“Ya Allah, saya memohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, saya memohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan dalam urusan dunia dan akhiratku, untuk keluargaku dan hartaku.
Ya Allah, tutupilah aib-aibku, berilah rasa aman kepada lubuk hatiku, jagalah saya dari arah depan saya, arah belakang saya, arah kanan saya, arah kiri saya dan arah atas saya, dan saya berlindung kepada-Mu dari dibunuh dari arah bawah saya.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah no. 3871, Ahmad no. 4785, Ibnu Hibban no. 961, Al-Hakim no. 1902 dan Ibnu Abi Syaibah no. 19278)
(muhib almajdi/arrahmah.com)