(Arrahmah.com) – Shalat wajib lima waktu adalah rukun Islam yang kedua. Ia merupakan rukun Islam terpenting setelah dua kalimat syahadat. Ia menjadi pemisah antara seorang muslim dan seorang kafir. Seorang muslim akan melaksanakan shalat wajib lima waktu secara rutin sampai akhir hayatnya. Ia hanya memiliki dua keadaan; shalat saat masih hidup dan dishalatkan saat ia meninggal.
Sayangnya shalat wajib lima waktu pada zaman sekarang banyak dilalaikan oleh sebagian kaum muslimin. Sibuk, malas, mengantuk, tak ada kawan, jauh dari masjid dan seabrek alasan lainnya diajukan untuk membela sikapnya yang meninggalkan shalat lima waktu. Jika ia seorang ayah atau suami, malas mengerjakan shalat lima waktu tersebut bisa jadi akan menular kepada istri dan anak-anaknya. Jika hal itu yang terjadi, sungguh dia telah menjadi bibit penyakit buruk yang menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Untuk itu, sangat penting bagi setiap muslim untuk senantiasa memohon kepada Allah Ta’ala agar dikaruniai kesadaran, kekuatan dan keistiqamahan dalam melaksanakan shalat lima waktu. Terlebih, shalat lima waktu secara berjama’ah di masjid pada awal waktunya. Seorang ayah dan suami sangat perlu untuk melantunkan doa tersebut, agar tidak dirinya saja yang dikaruniai keistiqamahan, melainkan juga istri dan anak keturunannya.
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, bapaknya para nabi dan rasul, telah mengajarkan kepada kita doa memohon keistiqamahan shalat wajib bagi diri pribadi dan anak keturunannya. Sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Wahai Rabbku, jadikanlah aku orang yang senantiasa mendirikan shalat dan juga anak keturunanku. Wahai Rabb kami, terimalah doa kami.” (QS. Ibrahim [14]: 40)
Mendirikan shalat dalam ayat yang mulia ini tentu bukan sekedar mengerjakan shalat wajib semata. Mendirikan shalat adalah mengerjakan shalat wajib dengan memenuhi syarat-syarat, rukun-rukun, sunnah-sunnah dan adab-adabnya. Shalat wajib dikerjakan secara berjama’ah di masjid pada awal waktunya dan dilakukan dengan penuh kekhusyukan. Lebih dari itu, dilengkapi dengan shalat-shalat sunnahnya.
Doa nabi Ibrahim ‘alaihis salam ini mengingatkan kita untuk menjadi pribadi yang shalih dan juga “menshalihkan” istri dan anak-keturunan kita. Apakah kita telah istiqamah menjaga shalat wajib kita? Apakah istri dan anak-keturunan kita telah istiqamah menjaga shalat wajib mereka? Ingatlah, kelak di hari kiamat semua hal itu akan ditanyakan kepada kita selaku ayah dan suami yang bertanggung jawab atas keshalihan istri dan anak-keturunan kita. Wallahu a’lam bish-shawab. (muhib almajdi/arrahmah.com)