SURABAYA (Arrahmah.com) – Instruksi dari salah satu kader PDIP untuk mengawasi para khatib saat khotbah Jum’at disayangkan Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Surabaya.
Arif Afandi, Ketua DMI Kota Surabaya mengatakan, tindakkan tersebut tidak etis, sebab negara ini menjamin kebebasan warganya dalam beribadah tanpa ada pembatasan dan pengawasan.
“Siapapun yang mengeluarkan pernyataan itu saya kira tidak etis. Karena Khotbah Jum’at adalah bagian dari ibadah umat Islam, tidak perlu dibatasi atau diawasi. Negara saja menjamin kebebasan beribadah,” kata Arif, Senin (2/6/2014) kepada detik.
Arif menegaskan bahwa khotbah Jum’at adalah kesempatan bagi para khotib untuk memberikan pencerahan kepada jamaah salat Jumat. Ia percaya, dalam khotbah tersebut tidak ada provokasi atau apapun yang mengarah pada kepentingan politik. “Kalau provokasi untuk melakukan kebaikan ada karena khotbah adalah mengajak berbuat taqwa,” ujarnya.
Ia meyakini bahwa para khotib menyampaikan khotbahnya dalam batas-batas wajar dan tidak provokatif. Pihaknya juga tidak setuju jika para khotib dianggap menebarkan provokasi kejelekkan kepada para jamaah shalat Jum’at.
Keluarnya isntruksi tersebut akan membuat kenyamanan beribadah umat Islam terganggu. Sama juga jika instruksi tersebut diberlakukan terhadap agama lain.
“Apakah agama lain nyaman juga dalam beribadah ketika penceramahnya diawasi karena dianggap memprovokasi jamaah,” tegas mantan wakil Walikota Surabaya ini. “Sudah bukan jamannya lagi seperti itu,” tekannya.
Ia mencontohkan, tidak masalah khotib menyampaikan untuk memilih pemimpin yang amanah, pemimpin yang baik dengan kriteria-kriteria sesuai dengan keyakinan dalam khotbah Jum’at . Khotbah seperti itu, bukan provokatif. “Dan saya tidak setuju jika khotib dianggap melakukan provokasi mendukung salah satu calon,” tutupnya.
Beberapa waktu lalu, personel Tim Sukses Jokowi-JK Eva Kusuma Sundari mengakui, pihaknya memang meminta kepada kader partai yang beragama Islam untuk melakukan aksi intelijen terhadap masjid-masjid. Alasannya, kampanye hitam terhadap pasangan Jokowi-Jusuf Kalla banyak terjadi di masjid-masjid. Parahnya, Kader PDIP juga diminta untuk merekam khotbah khotib di masjid sebagai bukti terdokumentasi.
(adibahasan/arrahmah.com)