(Arrahmah.id) – Datuk Seri Anwar Ibrahim dilahirkan pada 10 Agustus 1947 di Bukit Martajam, Pulang Pinang.
Ia mendapatkan pendidikan dasar di Sekolah Kebangsaan Stowell, Bukit Mertajam, dan kemudian di tingkat menengah di Maktab Melayu Kuala Kangsar MCKK dari 1960-1966, serta sangat aktif sebagai orator sekolah. Pada 1967-1971 ia melanjutkan pendidikan di Universiti Malaya.
Dalam peristiwa 13 Mei 1969, anwar memimpin persatuan pelajar dalam mendesak pemerintah mempertahankan hak dan kepentingan orang Melayu serta Umat Islam.
Pada 1971, Anwar memulai langkah baru dan mendirikan angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM), bersama rekan-rekannya dari MCKK, serta menjadi Presiden ABIM dari 1972-1982.
Ia juga mendirikan Yayasan Anda yang berperan memberikan peluang kepada siswa putus sekolah.
Anwar mulai bergabung dalam partai pimpinan Dr. Mahatir (UMNO/Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu) pada 1982, setelah Mahatir dilantik sebagai Perdana Menteri pada 1981, dan mempunyai impian untuk bersama-sama membangun negara.
Selama bersama UMNO, Anwar menduduki beberapa jabatan penting, seperti Menteri Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga, Menteri Pertanian, dan Menteri Pendidikan, serta berperan dalam beberapa ide untuk pertumbuhan negara seperti menumbuhkan bank syariah.
Pada 1993, Anwar dilantik sebagai Wakil Perdana Menteri.
Pada 1996, Anwar dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik di Asia oleh AsiaMoney dan di tahun 1998 majalah Newsweek menyebut Anwar sebagai “Asian of the Year”. Namun terjadi perselisihan pandangan dengan Dr. Mahatir saat itu sehingga Anwar kehilangan jabatan Wakil Perdana Menteri.
Krisis ekonomi mengancam Malaysia pada 1998, Anwar menolak rencana Mahathir untuk melakukan sistem kurs tetap dalam mata uangnya, ringgit agar tidak terimbas krisis, suatu langkah yang sama yang pernah ditawarkan Prof Steve Hanke kepada Presiden Indonesia, Soeharto untuk menerapkan kebijakan kurs tetap. Setelah perselisihan ini dan tuduhan-tudahan terhadap Anwar Ibrahim yang berujung diberhentikannya Anwar Ibrahim dari jabatannya, pada pertengahan 1998, Mahathir menerapkan sistem kurs tetap. Posisi Anwar Ibrahim digantikan oleh Abdullah Badawi.
Pada 2 September 1998, Anwar Ibrahim diberhentikan dari jabatannya sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia. Tidak lama kemudian, Anwar bersama dengan pendukungnya menyerukan gerakan reformasi. Demonstrasi massa dilakukan untuk menentang pemerintahan Barisan Nasional yang telah lama memerintah di Malaysia.
Gerakan Reformasi mengarahkan langkahnya untuk membentuk partai baru bernama Partai Keadilan Nasional (KEADILAN) yang ikut serta dalam pemilihan umum 1999. KEADILAN bersama dengan dua partai politik oposisi lainnya, yakni Partai Islam Se-Malaysia dan Partai Aksi Demokrat sepakat mendirikan koalisi yang diberi nama Barisan Alternatif untuk menggantikan posisi Barisan Nasional di pemerintahan federal. Pada Agustus 2003, KEADILAN dan Partai Rakyat Malaysia resmi digabungkan menjadi Partai Keadilan Rakyat (PKR) yang dipimpin oleh istri Anwar, Wan Azizah Wan Ismail. PKR memperoleh suara yang cukup besar semasa pemilihan umum 2008 dengan memenangkan 31 kursi legislatif dan menjadi partai politik oposisi terbesar di parlemen. Koalisi Barisan Alternatif dibubarkan dan digantikan oleh Pakatan Rakyat pada April 2008.
Tuduhan sodomi
Anwar Ibrahim dipecat secara tidak hormat pada 2 September 1998. Karena tuduhan melakukan tindakan yang tidak senonoh (sodomi) yang ditujukan kepadanya.
Pada tanggal 2 September 2004, ia dibebaskan oleh Perdana Menteri Abdullah Badawi. Ia melanjutkan karier politiknya melalui Partai Keadilan dan kelompok oposisi Malaysia dan menyatakan tidak akan bergabung kembali dengan UMNO.
Pada 16 Juli 2008 ia kembali ditangkap dengan tuduhan sodomi terhadap seorang asisten pribadinya yakni Saiful Bukhari Azlan, tetapi dibebaskan sehari kemudian.
Ia kembali dituduh mencoba melakukan kekerasan seksual pada mantan asistennya, Muhammed Yusoff Rawther, pada Desember 2019.
Anwar mengatakan dirinya tidak kaget akan level politik kotor yang diarahkan padanya menjelang kongres partainya, Partai Keadilan Rakyat (PKR).
“Ini sudah menjadi budaya di negara ini dan itu menjijikkan. Saya mendengar tentang hal ini bulan lalu, itu bukan hal baru, dan upaya untuk mencoba dan mempengaruhi atau menyuap, apapun, ini adalah politik yang paling buruk dan membutuhkan keuletan tujuan dan keberanian untuk melanjutkan dengan agenda yang lebih besar,” kata Anwar kepada para wartawan ketika ditanya apakah dia menduga akan ada lebih banyak serangan seperti ini menjelang atau selama kongres partai, seperti dilansir detik.com.
Anwar pernah mendapatkan pengampunan penuh dari Raja pada Mei 2018.
“Badan pengampunan telah menggelar rapat dan Raja (Yang di-Pertuan Agong) telah mengabulkan pengampunan penuh, yang berarti semua dakwaan di masa lalu telah dihapus,” tegas pengacara Anwar, Sivarasa Rasiah, seperti dikutip Reuters.
Mendirikan lembaga pendidikan bagi bumiputera
Anwar sadar bahwa kelemahan bumiputera saat itu disebabkan oleh peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi amat terbatas. Ia bersama rekan-rekannya mendirikan sekolah persendirian (sekolah swasta) di Kuala Lumpur di bawah naungan Yayasan Anda,yang bertujuan meningkatkan pendidikan bagi kaum bumiputera.
Keberhasilan Yayasan Anda dapat dilihat dari jumlah lulusan dan jumlah pelajarnya yang diterima masuk ke institusi perguruan tinggi. Di mana setiap pelajar Yayasan Anda telah dilatih sendiri oleh Anwar Ibrahim dengan dilengkapi oleh wawasan religius.
Sepak terjang di luar negeri
Kepimpinan Anwar Ibrahim telah diakui di tingkat internasional sehingga menerima anugerah Medali Ulama Eqbal Seratus Tahun dari Presiden Pakistan Zia Ul- Haq pada 1970 dan mendapat penghormatan menjadi Anggota Kelompok Penasehat Muda PBB pada tahun 1973.
Organisasi ini muncul menjadi organisasi yang kemudian populer karena sikapnya menentang ketidakadilan dalam negeri dan juga di dunia Internasional. Ia telah menunjukkan sifat kepimpinannya dengan menyatukan penduduk Malaysia yang multietnis dan pluralis dengan menjadi Pengurus Jawatankuasa Penyelaras Akta Pertubuhan 1981 untuk menentang Akta Pindaan Pertubuhan 1981 yang dianggap menimbulkan ketidakadilan yang melanggar prinsip Islam dan demokrasi. Dalam perjalanannya, Anwar telah berhasil menyatukan 48 organisasi dari berbagai aliran dan bangsa seperti Persatuan Pertubuhan Malaysia, Pusat Profesional Malaysia, ALIRAN, Persatuan Penggna Pulau Pinang dan Majlis Peguam Malaysia, sehingga menyebabkan pihak pemerintah mengadakan pembicaraan dengan lembaga tersebut dan mengkaji Akta Pertubuhan tersebut.
Dalam menyikapi perkembangan internasional, dia menentang invasi Rusia terhadap Afganistan pada tahun 1979 di mana ABIM telah mengadakan demonstrasi yang dihadiri 40.000 orang untuk menentang invasi, mengantar utusan yang diketuai oleh Anwar ke kedutaan Rusia. Utusan itu berhasil meyakinkan pihak kedutaan Rusia akan kesan buruk tindakan Rusia di Afganistan di mata internasional. Duta Rusia itu berjanji untuk membawa surat protes tersebut ke Moskow dan menginginkan persahabatan dengan pemerintah Malaysia. Ia juga mengunjungi perbatasan Rusia untuk meninjau situasi di Afganistan dan menyerahkan sebanyak 50.000 ringgit Malaysia kepada pejuang Afganistan, serta bertemu dengan Nasionalis Afganistan di perbatasan seperti Gulbudin Hekmatayar dan Burhanuddin Rabbani, pemimpin Partai Jamiat El-Islami.
Di tingkat internasional Anwar Ibrahim dilantik sebagai Presiden UNESCO (1989-1991) dan menjadi salah seorang pendiri Institut Pemikiran Islam Antarabangsa (IIIT) di Washington.
(haninmazaya/arrahmah.id)