KOLOMBO (Arrahmah.com) – Para menteri Muslim Sri Lanka mengundurkan diri secara massal kemarin (3/6/2019) karena serangan kebencian anti-Muslim setelah pemboman Minggu Paskah yang melanda mayoritas negara Buddha tersebut.
Pengunduran diri sembilan anggota legislatif pemerintah, beberapa di antaranya menteri kabinet, terjadi setelah seorang anggota parlemen biksu Buddha yang mendukung Presiden Maithripala Sirisena menuntut pemecatan tiga politisi Muslim terkemuka di Sri Lanka.
Demonstrasi yang dihadiri ribuan orang mencengkeram kota peziarah pusat Kandy ketika biksu Athuraliye Ratana bersikeras agar gubernur Muslim dari dua provinsi dan menteri kabinet dipecat atas dugaan keterlibatan mereka dengan jihadis yang bertanggung jawab atas pemboman.
Bahkan ketika toko-toko dan kantor-kantor ditutup di kota 115 kilometer sebelah timur Kolombo, dua gubernur provinsi itu mundur, kata kantor Sirisena.
Dalam beberapa jam, sembilan anggota legislatif, yang berasal dari beberapa partai Muslim dan partai arus utama, mengundurkan diri dengan mengatakan bahwa mereka menyerahkan portofolio mereka untuk memastikan mereka bebas dari investigasi keterlibatan serangan Paskah.
Sembilan orang itu termasuk Menteri Perdagangan Rishad Bathiudeen, menteri kabinet yang pemecatannya dituntut oleh Ratana.
Para pemimpin Muslim mengatakan komunitas mereka – yang terdiri dari 10 persen dari 21 juta total penduduk Sri Lanka – telah menjadi korban kekerasan, ucapan kebencian, dan pelecehan sejak bom Paskah yang terjadi April lalu.
Para menteri yang mundur kemarin (3/6) akan tetap loyal kepada pemerintah Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe, kata mereka dalam sebuah pernyataan bersama.
Sri Lanka berada dalam keadaan darurat sejak pemboman 21 April yang menargetkan tiga gereja dan tiga hotel mewah. (Althaf/arrahmah.com)