GROZNY (Arrahmah.id) — Pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov marah-marah kepada TV Pemerintah Rusia, Rossiya 24.
Dilansir Express (1/6/2022), kemarahan Ramzan Kadyrov meledak setelah Rossiya 24 melaporkan Kota Severodonetsk, Luhansk baru dikuasai 30 persen.
Sekutu Vladimir Putin ini berkepentingan terkait informasi perang di Severodonetsk, sebab pasukan Chechen ikut ambil bagian di sana.
Sebelumnya Ramzan Kadyrov sempat menginformasikan pasukan Chechen sudah menaklukan Severodonetsk, bahkan digambarkan warga lokal melakukan penyambutan.
Ramzan Kadyrov membagikan video, saat pasukan Chechen berbincang dengan warga Severodonetsk dengan perasaan gembira.
Dalam satu tayangan, pasukan Chechen menaiki atap gedung untuk menurunkan bendera Ukraina.
Terkait pemberitaan Rossiya 24, Ramzan Kadyrov turun ke media sosial untuk mengutuk informasi yang salah.
Kadyrov mengatakan kepada para pengikutnya: “Saat ini saya sedang menonton Rossiya 24.”
“Mereka berbicara tentang Severodonetsk, mereka mengatakan seperti 30 persen darinya telah dibebaskan atau dua puluh persen.”
“Bagian perumahan sepenuhnya di bawah kendali pejuang kami.”
“Mereka yang jauh dari Severodonetsk setidaknya 160 km, merekalah yang melakukan laporan ini.”
“Ini pembohong!”
“Ya, di bagian industri kota, beberapa setan tetap ada,” lanjutnya.
“Ada ledakan besar di sana dan kami sedang memeriksa apa yang akan terjadi selanjutnya.”
“Jadi, periksa apa yang Anda bicarakan. Orang-orang perlu diberi tahu yang sebenarnya.”
Pasukan Ukraina hanya menguasai seperlima dari kota timur Severodonetsk tetapi masih ada harapan bahwa mereka dapat mencegah pasukan Kremlin mengambil kendali penuh, kata kepala pemerintahan kota kepada Reuters.
Tentara Moskow memasuki kota Ukraina timur, kota terbesar yang masih dipegang oleh Kiev di wilayah Luhansk, akhir pekan lalu setelah berminggu-minggu pengeboman.
Jika Rusia merebut kota dan kembarannya yang lebih kecil Lysychansk di tepi barat yang lebih tinggi dari Sungai Siverskyi Donetsk, itu akan menguasai seluruh Luhansk.
Pasukan Rusia sekarang menguasai 60 persen kota dan Ukraina menguasai 20 persen sementara sisanya telah menjadi tanah tak bertuan, kata Oleksandr Stryuk, kepala administrasi kota Ukraina, yang menolak memberikan lokasinya.
“20 persennya dipertahankan dengan keras oleh angkatan bersenjata kami,” kata Stryuk yang dikutip Express.
“Pasukan kami memegang garis pertahanan. Upaya sedang dilakukan untuk mengusir pasukan Rusia,” ucapnya. (hanoum/arrahmah.id)