TUNIS (Arrahmah.id) — Salah satu lawan utama dari Presiden Tunisia Kais Saied, yang merupakan pemimpin partai oposisi Ennahda, Rached Ghannouchi ditangkap polisi pada Senin (17/4/2023). Dia dituduh melakukan perekrutan militan jihadis dan membantu mereka melakukan perjalanan dari Tunisia ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan militan Islamic State (ISIS).
Menurut laporan dari partainya, seperti dilansir North Press Agency (18/4/2023), mantan ketua parlemen berusia 81 tahun itu ditangkap di rumahnya di Tunis dan dibawa dengan tujuang yang tidak diketahui. Dia menjadi tokoh oposisi terbaru yang ditahan di bawah pemerintahan Saied.
“Ennahdha mengecam perkembangan yang sangat serius ini dan menyerukan pembebasan segera Rached Ghannouchi,” kata pernyataan yang dikeluarkan partai Ennahda.
Dalam konferensi persnya, wakil presiden Ennahda Mondher Lounissi mengatakan bahwa Ghannouchi telah dibawa polisi untuk diinterogasi tanpa diperbolehkan membawa pengacara.
Dimuat Africa News (18/4), penangkapannya ini terjadi setelah laporan media mengatakan bahwa Ghannouchi mengeluarkan pernyataan yang menyebut Tunisia akan diancam dengan perang saudara jika partai politiknya yang berbasis Islam diberantas di negaranya.
“Tunisia tanpa Ennahda, tanpa politik Islam, tanpa sayap kiri, atau komponen lainnya, adalah proyek perang saudara,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Ghannouchi, yang kembali ke Tunisia selama revolusi pada 2011 setelah diasingkan pada 1990-an, adalah salah satu tokoh oposisi Presiden Kais Saied yang paling menonjol sejak ia merebut kekuasaan luas di Tunisia, dan menjadi presiden parlemen yang dibubarkan oleh Saied pada tahun 2022.
Ia juga diperiksa terkait kasus korupsi dan pencucian uang, tudingan yang dibantah partainya.
Sejak awal Februari lalu, pihak berwenang di negara Afrika Utara itu telah menangkap lebih dari 20 lawan politik dan tokoh.
Mereka termasuk politisi, mantan menteri, pengusaha, serikat pekerja dan pemilik stasiun radio paling populer di Tunisia, Mosaique FM, yang disebut presiden Saied sebagai pelaku teroris yang berusaha mengancam keamanan negara.
Puluhan penangkapan sewenang-wenang itu telah dikecam dan dikritik oleh banyaknya kelompok hak asasi lokal dan internasional yang menyoroti kondisi di Tunisia. (hanoum/arrahmah.id)