JAKARTA (Arrahmah.com) – Ulil Abshar Abdallah, pentolan Jaringan Islam Liberal (JIL) merasa gusar dengan pencekalan dirinya sebagai salah seorang pembicara seminar bertajuk “Demokrasi di Negara-negera Muslim di Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau, Ahad (20/10/2013) siang.
Dalam akun twitternya @ulil, Ulil mengatakan pencekalan ini merupakan kabar buruk dari kebebasan akademik.
“Saya menyesalkan pencekalan saya di UIN Riau. Bagi saya, ini kabar buruk bagi ‘kebebasan akademik’,” kicau Ulil, Ahad (20/10/2013) siang.
Ulil mengaku dirinya sudah berada di Riau dan bersiap mengisi seminar. Namun, beberapa saat seminar akan dimulai dirinya dihubungi Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Riau bahwa ia dilarang berbicara pada seminar tersebut.
“Alasannya karena ada ancaman dari kelompok-kelompok Islam tertentu yang tak menyukai saya menyampaikan ceramah di UIN Riau,” kata Ulil.
Seperti diberitakan hidayatullah.com, rencana kehadiran Ulil Abshar Abdalla menjadi pembicara pada seminar “Demokrasi di Negara-negara Muslim” yang digagas Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Hukum, Fakultas Syariah UIN Suska Pekanbaru, Riau menuai kontroversi. Sebagian menolak keharian pria yang kini aktif di Partai Demokrat itu.
“Kita menolak pemikiran-pemikiran liberalnya itu, yang oleh MUI tahun 2005 sudah ada fatwa bahwa pemikiran sekularisme, liberalisme dan plurarisme itu bertentangan dengan Islam. Kalau mengundang dia, berarti akan mensosialisasikan pemikiran-pemikiran dia ‘kan,” kata Anggota Komisi Ukhuwah MUI Riau, Ir. Muhammadun.
Muhammadun hanya meminta, agar mahasiswa lebih selektif dalam memilih narasumber.
“Di masa depan, untuk menentukan siapa yang akan tampil di kampus itu ya dipilih yang mendukung keislaman, bukan yang mendukung sekularisme dan pluralisme. Mereka ini kan pengusung, penjaja dan pengecer ide-ide liberal. Ada kepentingan asing dibelakangnya. Jadi teman-teman mahasiswa kita himbau supaya tahu orang-orang ini dibelakangnya siapa, siapa yang mendanai, berbahaya atau tidak bagi kampus, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya,” tegasnya.
Menurut pantauan hidayatullah.com di Riau, meski dilarang pihak rektorat, diskusi tetap berlangsung secara terbatas di sebuah hotel.*
(hidayatullah.com/arrahmah.com)