RIYADH (Arrahmah.com) – Arab Saudi telah menawarkan untuk membangun 200 masjid di Jerman untuk menampung gelombang pengungsi Muslim di sana jika pihak berwenang Jerman mengizinkan, menurut laporan media pada Kamis (10/9/2015), sebagaimana dilansir oleh International Business Times.
Ratusan ribu warga Suriah, Irak, Afghanistan dan pencari suaka lainnya dari negara-negara di Afrika Utara dan Timur Tengah telah mengungsi ke Eropa dalam beberapa bulan terakhir.
Surat kabar Lebanon Ad–Diyar pertama kali melaporkan tawaran itu pekan lalu.
Arab Saudi juga berjanji untuk menyumbang setidaknya $ 200 juta, menurut Ad–Diyar, meskipun belum diketahui apakah sumbangan itu untuk mendukung pengungsi atau untuk membangun masjid yang diusulkan itu.
Usulan itu muncul di tengah tuduhan miring yang diarahkan ke Negara-negara Teluk dan sekitarnya yang kaya karena hanya menampung sedikit, itupun jika ada, pengungsi dari perang Suriah yang sudah berlangsung selama empat tahun.
Pada tahun 2014, Arab Saudi menerima hanya 561 pengungsi dan 100 pencari suaka, menurut PBB, Wall Street Journal melaporkan.
Masih sedikit pengungsi yang diterima di Qatar dan Bahrain. Jerman, sebaliknya, mengatakan akan menerima 800.000 pengungsi, dan negara-negara yang berbatasan dengan Suriah – Yordania, Lebanon dan Turki – telah resmi mengambil ratusan ribu pengungsi setiap tahun.
Proposal untuk membangun masjid memiliki sejarah pahit di Jerman. Pada bulan Juli, ketika sebuah pusat Islam memutuskan untuk mengubah sebuah gereja yang tak terpakai di Jerman utara menjadi masjid untuk menampung jamaah Muslim yang semakin berkembang, penduduk setempat memprotes. Partai Uni Kristen Demokrat meminta gereja itu jangan diubah, sementara satu pendeta merekomendasikan untuk meruntuhkan bangunan itu, New York Times melaporkan.
Pada tahun 2012, sebuah masjid besar dibangun oleh Turki di Cologne juga memicu protes.
Asosiasi Turki Islam berada di sana untuk menantang kedaulatan Kristen di Cologne, kata Michael Höhne-Pattberg, seorang aktivis anti-Islam, mengatakan berita CBN pada saat itu.
Demikian pula, penduduk setempat lainnya yang berada di kota-kota di mana populasi Muslim meningkat juga mengkritik apa yang mereka sebut “Islamisasi” Jerman.
(ameera/arrahmah.com)