GAZA (Arrahmah.com) – Pemerintah “Israel” telah melarang perusahaan listrik “Israel” untuk memperbaiki jaringan listrik yang memasok Jalur Gaza, pejabat Palestina mengatakan pada Senin (20/7/2015), sebagaimana dilansir oleh IMEMC.
Sebuah kesalahan teknis di pihak “Israel” yang memotong dua jaringan listrik utama yang memasok listrik ke Jalur Gaza selama akhir pekan. Jalur itu menyediakan 25 persen atau 30 megawatt, dari listrik yang dijual oleh pendudukan “Israel” ke Jalur Gaza.
Jaringan listrik No 8, yang menyediakan listrik untuk Gaza tengah dan wilayah Khan Younis, ditutup tiga hari yang lalu, dan jaringan Al-Qubba, yang menyediakan listrik ke Kota Gaza, ditutup pada Ahad.
Pejabat dari Perusahaan Distribusi Listrik Gaza mengatakan bahwa perusahaan itu berusaha untuk bekerja sama dengan Otoritas Listrik Palestina untuk memperbaiki jaringan yang rusak, namun pendudukan “Israel” menghalangi upaya mereka.
Sementara itu, pendudukan “Israel” juga melarang Perusahaan Listrik “Israel” untuk memperbaiki jaringan itu dengan alasan masalah keamanan.
Gaza saat ini menerima pasokan listrik dari pendudukan “Israel”, Mesir, dan pembangkit listrik di Gaza.
Namun, jalur pasokan tersebut sangat jauh dari kebutuhan penduduk Gaza. Sedangkan tiga pemasok itu menyediakan 230 MW listrik, PBB memperkirakan bahwa pasokan ini hanya memenuhi separuh dari kebutuhan Gaza.
Pendudukan “Israel” dan Mesir telah mempertahankan blokade yang parah terhadap Gaza selama delapan tahun terakhir yang telah melumpuhkan perekonomian Gaza dengan membatasi impor, ekspor dan melarang warga Gaza untuk melakukan perjalanan.
Meskipun pembangkit listrik di Gaza memiliki output potensial 120 MW, itu tidak mampu memproduksi banyak karena pembatasan “Israel” terhadap impor bahan bakar serta pajak yang tinggi yang dikenakan oleh Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah.
Oleh karena itu, pembangkit listrik Gaza umumnya menghasilkan sekitar 60 MW, 50 persen dari potensialnya.
Musim panas lalu pembangkit listrik itu menjadi sasaran serangan selama 51 hari agresi “Israel” di Gaza, yang menyebabkan pembangkit itu benar-benar tidak berfungsi. Otoritas listrik Gaza mengatakan bahwa kerusakan akibat serangan itu bisa memakan waktu hingga satu tahun untuk memperbaiki sepenuhnya.
Jalur Gaza mengalami 12 jam pemadaman listrik setiap hari. Banyak rumah-rumah pribadi yang memiliki generator sendiri, serta rumah tangga bisa membeli bahan bakar yang sangat mahal untuk konsumsi pribadi.
Pembangkit listri Gaza berhenti beroperasi pada Senin malam (20/7) karena tidak mampu menutupi pajak yang dikenakan oleh pemerintah persatuan nasional, Otoritas Energi Gaza mengatakan, menurut Ma’an News Agency.
Pemerintah persatuan membebaskan pajak selama empat bulan sampai akhir Ramadhan, namun Otoritas Energi Gaza mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin (20/7) bahwa sejak pembayaran pajak dikenakan kembali, Gaza tidak mampu lagi menjaga kelangsungan pembangkit listrik tersebut.
Otoritas Energi Gaza menambahkan bahwa pihaknya hanya mampu menutupi biaya pemeliharaan pembangkit itu selama bulan suci Ramadhan dan libur lebaran dengan meminjam dari perusahaan lokal dan mengambil pinjaman dari bank.
(ameera/arrahmah.com)