TEPI BARAT (Arrahmah.com) – Abdul Rahman Yasser Shteiwi, yang berusia sepuluh tahun, ditembak di kepala ketika pasukan pendudukan “Israel” mendesak mundur demonstran di Kafr Qaddum, sebuah desa di Tepi Barat.
Para dokter yang mengoperasi bocah lelaki itu di Rumah Sakit Rafidia di Nablus mengatakan kepada Gerakan Solidaritas Internasional (ISM) bahwa peluru yang ditembakkan ke arah Abdul adalah peluru tajam.
“Dia mengalami cedera di kepala, peluru tersebut tembus hingga lobus frontal di sisi kanan. Cedera yang dialaminya sangat parah dan ada lebih dari 100 serpihan peluru yang ditemukan di kepala Abdul,” kata kepala bedah saraf rumah sakit, Othman Othman, sebagaimana dilansir Middle East Monitor pada Senin (15/7/2019).
“Ini bukan peluru karet; ini adalah peluru logam. Peluru karet tidak akan menembus kepala karena ujungnya tidak tajam. Ini adalah sesuatu yang memiliki ujung yang tajam,” imbuhnya.
Menurut Othman, peluru yang ditembakkan pada Abdul bukanlah “peluru biasa”, ia menambahkan, “Saya telah melihat banyak luka tembak dan mereka hanya pecah menjadi beberapa bagian. Sedangkan apa yang terjadi pada Abdul peluru tersebut pecah menjadi lebih dari 100 bagian, ini sangat tidak normal. ”
Kata Othman. “Kita belum bisa mengatakan apa akibat peluru tersebut bagi otak pasien.”
Militer “Israel” telah mengklaim bahwa tentara hanya menembakkan peluru logam berlapis karet.
Aktivis ISM, “menemukan selongsong peluru tipe 5,56 di tanah tempat para demonstran melakukan aksinya sekitar 15 menit setelahnya,” dia mencatat bahwa “selongsong peluru itu masih panas saat disentuh yang menunjukkan bahwa selongsong tersebut baru saja ditembakkan sore itu. Puluhan selongsong peluru juga ditemukan oleh penduduk desa setelah demonstrasi.”
Murad Shtewi, salah satu koordinator demonstrasi, mengatakan kepada +972 Magazine bahwa “selama delapan tahun berlangsungnya protes, tentara tidak pernah menanggapi dengan cara yang gila seperti yang terjadi hari ini”.
“Tentara telah menggunakan kekerasan, bahkan menembakkan peluru tajam sebelumnya, tetapi hari ini, mereka menembak langsung pada pengunjuk rasa sebagai upaya untuk menghentikan demonstrasi kami,” tambahnya.
Shtewi percaya anak itu bahkan tidak terlibat dalam demonstrasi, dan ditembak ketika para pengunjuk rasa mundur.
Warga Kafr Qaddum, yang terletak di Tepi Barat utara, telah mengadakan protes mingguan “terhadap penutupan jalan utama” selama delapan tahun terakhir.
“Tentara menutup jalan utama lalu lintas menuju Palestina pada tahun 2003, dengan alasan kekhawatiran keamanan terhadap pemukiman ‘Israel’ terdekat yang sebagian dibangun di tanah desa,” ungkap salah seorang penduduk.
Pasukan pendudukan “Israel” telah menekan protes menggunakan berbagai taktik, termasuk “anjing penyerang”, penghalang jalan, penggerebekan malam hari, penggunaan gas air mata, ancaman, senjata kendali kerumunan dan bahkan amunisi hidup. (rafa/arrahmah.com)