WASHINGTON (Arrahmah.com) – Delegasi Turki bertemu dengan pejabat nomor dua Departemen Luar Negeri AS, John Sullivan, pada Rabu (8/8/2018) untuk mengatasi gesekan antara kedua sekutu NATO yang dipicu oleh penahanan beberapa orang Amerika termasuk seorang pendeta evangelis, Andrew Brunson.
Namun demikian tidak ada tanda-tanda terobosan setelah pembicaraan berlangsung selama satu jam.
Lira Turki melemah terhadap dolar pada Rabu (8/8), dilanda kekhawatiran tentang cengkeraman Presiden Tayyip Erdogan pada kebijakan moneter dan ketidakpastian bahwa pertemuan itu dapat menyembuhkan keretakan diplomatik yang luas.
Lira berdiri di 5,2880 terhadap dolar pada 12.23 waktu setempat, 1 persen lebih lemah pada hari itu. Lira sempat menguat pada Selasa (7/8) setelah muncul laporan bahwa Turki akan bertandang ke Washington
“Kami mengadakan pembicaraan tambahan dengan para pejabat Turki. Percakapan berlanjut,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan.
Delegasi yang terdiri dari sekitar enam pejabat ini dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Turki yang baru ditunjuk, Sedat Onal dan duta besar Turki untuk Washington Serdar Kilic.
Mereka tidak menjawab pertanyaan dari wartawan ketika mereka meninggalkan pertemuan dengan Sullivan, wakil menteri luar negeri.
Juru bicara Departemen Keuangan AS mengatakan delegasi itu juga akan bertemu pejabat keuangan pada hari yang sama.
Pertemuan Departemen Keuangan terjadi seminggu setelah diberlakukan sanksi AS terhadap menteri kehakiman dan menteri dalam negeri Turki karena mengingkari komitmen untuk membebaskan pendeta Andrew Brunson. Selain itu, terdapat juga kekhawatiran yang mendalam di Ankara saat Amerika Serikat diperkirakan akan menjatuhkan denda terhadap Halkbank milik Turki karena diduga membantu Iran menghindari sanksi AS.
Kedua negara tetap berselisih atas permintaan inti AS agar Ankara membebaskan Brunson.
Masalah perdagangan dan perbedaan atas Suriah juga telah membuat hubungan bilateral menjadi tegang.
Delegasi Turki “mencari banyak kesepakatan karena mereka harus membawa sesuatu saat kembali ke Ankara,” kata mantan pejabat AS yang akrab dengan posisi kedua pihak.
“Saya tidak melihat pihak AS menyetujui penyelesaian menyeluruh sampai mereka membebaskan Brunson,” kata pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah tersebut. (Althaf/arrahmah.com)