JAKARTA (Arrahmah.com) – Terkait adanya diskriminasi pada autogete Bandara Soekarno Hatta (Soetta), Direktur An Nashr Intitute Munarman SH, menilai bahwa ini jelas kebijakan anti Islam.
“Jadi ini jelas sangat telanjang merupakan bentuk kebijakan anti Islam yang semata mata didasarkan atas sentimen dan Islamophobia. Sayangnya kebijakan anti Islam dan islamophobia ini justru dilakukan oleh negara Indonesia yang selama ini sering ngaku-ngaku sebagai negara yang tidak memusuhi Islam,” tegas Munarman kepada arrahmah.com Rabu (18/3/2015) siang.
Mantan pengurus FPI ini menjelaskan, sistem autogate itu kan diinput datanya, agar nama nama tersebut tidak bisa melalui autogate, tapi harus lewat manual.
“Artinya sudah ada prasangka dan tuduhan bersalah terhadap orang-orang yang menyandang nama tersebut, oleh karenanya wajib untuk “periksa” secara fisik oleh petugas,” ulas Munarman.
Selain itu, menurut pengacara senior yang juga getol berdakwah anti Syiah ini, imigrasi Indonesia adalah salah satu sumber onformasi intelijen.
“Nah ini terkait erat dengan pulbaket (pengumpulan bahan dan keterangan) oleh intelijen melalui jalur imigrasi. Artinya berapa orang Indonesia yang bernama Muhammad dan Ali yang bepergian ke luar negeri terutama ke wilayah-wilayah yang menurut pemerintah adalah wilayah yang harus steril dari umat Islam sebagaimana perintah dari Amerika Serikat,” ungkap pria yang biasa disapa Bang Maman ini.
Ujungnya, tukas Munarman, hal ini juga menjadi bukti bahwa berbagai isu tentang terorisme dan ISIS beberapa tahun belakangan ini adalah bagian dari upaya memerangi simbol-simbol Islam dan umat Islam serta ajaran Islam secara keseluruhan.
Telah diwartakan, Muhammad Edo dia tak bisa daftar autogate di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, lantaran namanya Muhammad.
Muhammad Edo menuturkan kejadian yang dialaminya itu terjadi pada pekan lalu. Saat itu dia hendak pergi ke Sydney, Australia.
Saat akan masuk pintu Imigrasi, dia mencoba untuk mendaftar autogate yang terletak di samping kanan. Dia pun bertanya kepada petugas Imigrasi yang berjaga di sana. “Kata petugas Imigrasi itu, kalau ada nama Muhammad atau Ali tidak bisa,” terang Edo menceritakan pengalamannya, Rabu (18/3/2015).
(azmuttaqin/arrahmah.com)