KAIRO (Arrahmah.com) – Kepala intelijen umum Mesir telah mengungkapkan rincian usulan gencatan senjata antara “Israel” dan kelompok perlawanan Palestina Hamas di Gaza, termasuk pertukaran tahanan.
Pernyataan Abbas Kamel disampaikan pada sebuah wawancara pada Kamis (4/11/2021) dengan wartawan “Israel” Barak Ravid dan Nadav Eyal untuk situs berita Axios, di sela-sela KTT perubahan iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia.
Kamel mengungkapkan bahwa gencatan senjata yang diusulkan mencakup gencatan senjata jangka panjang, pertukaran tahanan, bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan rekonstruksi.
“Mesir berbicara setiap hari kepada “Israel” dan Palestina tentang beberapa masalah, termasuk kemungkinan kesepakatan gencatan senjata jangka panjang di Gaza,” tutur Kamel.
Berita itu muncul beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengumumkan bahwa dia akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry dan timnya di Washington minggu depan, kata Departemen Luar Negeri, Kamis (4/11).
Kamel mengatakan kesepakatan pertukaran tahanan “harus dimulai dengan pembebasan tahanan Palestina lanjut usia dan wanita serta remaja Palestina yang berada di penjara “Israel”.”
Dia juga mencatat bahwa kesepakatan itu akan mencakup “langkah ekonomi dan kemanusiaan lebih lanjut” untuk warga Palestina di Gaza.
Gaza telah berada di bawah blokade ketat Zionis “Israel” sejak 2007 di mana sebagian besar barang kebutuhan pokok masih masuk ke wilayah itu di bawah tindakan yang sangat dibatasi.
Pada bulan Mei, serangan “Israel” menyebabkan hampir 260 warga Palestina tewas dan ribuan terluka serta jejak kehancuran yang luas di Gaza. Kelompok perlawanan Palestina menanggapi dengan serangan roket ke wilayah “Israel”, menewaskan sedikitnya 13 orang “Israel”.
Mengenai pembicaraan antara Palestina dan “Israel”, Kamel mengatakan Mesir ingin melihat pemerintah baru “Israel” dan kepemimpinan Palestina di Ramallah memulai beberapa bentuk dialog politik.
Pembicaraan damai antara pihak Palestina dan “Israel” gagal pada tahun 2014 setelah Zionis menarik diri dari keputusan sebelumnya untuk membebaskan gelombang keempat mantan tahanan dan karena menolak untuk menghentikan rencana pemukimannya.
Kepala Intelijen Mesir juga mengungkapkan bahwa dia akan mengunjungi “Israel” akhir bulan ini untuk pembicaraan dengan Perdana Menteri Naftali Bennett dan pejabat senior lainnya, menambahkan dia juga akan bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah di Tepi Barat tengah. (Althaf/arrahhmah.com)