MAKASSAR (Arrahmah.com) – Direktur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Prof Irfan Idris menolak jika bom yang dilempar kearah Gubernur Sulawesi Selatan sebagai serangan terorisme. Ia mengungkap sejumlah kejanggalan insiden pelemparan benda padat disertai asap yang diklaim bom di acara panggung jalan sehat Syahrul Yasin Limpo, Monumen Mandala, Makassar, Minggu (11/11/2012).
Prof Irfan Idris menduga kuat klaim teror bom yang dihembus Syahrul dan tim pemenangnya itu sebagai bentuk rekayasa. Prof Irfan Idris setelah menjelaskan rekaman video insiden tersebut kepada Tribun Timur di Warkop Ganesha, Makassar, kemarin, Rabu (15/11) seperti dilansir tribun.
“Waktu kejadian itu saya ada di Makassar, saya tahu acara itu. Jadi, isu teror bom itu rekayasa, itu diada-adakan, indikasinya kelihatan,” ungkap Prof Irfan Idris kepada Tribun sembari menunjuk video insiden tersebut.
Menurut Prof Irfan Idris, aksi terorisme tidak demikian. Selain itu, jejak rekam kejadian didominasi tim pemenang Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu’mang (Sayang). Dalam video itu, Irfan Idris menyaksikan Tim Sayang yang mengenakan baju biru mark Sampan Induk dan baju kaos kuning (Tautoto) dkk langsung menggiring dan mengkroyok yang diduga pelaku tengah kerumunan jauh dari panggung Syahrul bernyanyi.
Selanjutnya, tim Sayang pula yang menggiring pelaku dari tempat kejadian awal bukan polisi. Polisi mengamankan setelah beberapa menit kemudian. Lemparan benda pun ternyata yang Irfan saksikan tidak jelas. Ia menduga hanya berupa botol air minuman mineral. Syahrul tetap melenggang menyanyi penonton terlihat aman seperti biasa.
“Tiba-tiba ada orang dipukul dituduh melempar. Yang bertindak orangnya dia (Syahrul), yang mengatakan teror bom lebih awal, orangnya Syahrul dan Syahrul juga setelah manggung. Padahal selama di panggung Syahrul terus asyik bernyanyi. Penonton aman-aman saja. Itu kan mencerminkan bahwa ini rekayasa,
kenapa dengan muda Syahrul dan tim menyimpulkan bahwa itu teror bom sementara bukan ahlinya yang tangani. Ahlinya saja belum meyimpulkan sampai sekarang. Tiba-tiba mereka perlihatkan barang bukti. Kata mereka ada tas berisi amunisi, senjata, loh siapa yang bawa itu, siapa bawa itu? siapa saksinya?. Itu bisa jadi sengaja mereka pasang. Keterangan pers Tim Sayang bahwa itu high explosive, dari mana?. Kalau itu teror bom, maka pasti ada Jihandak (tim ahli penjinak bom), ada evakuasi, warga diamankan, itu standar operasinya orang lain tidak boleh mendekat. Tapi kan tidak ada, Syahrul tetap menyanyi, video ini jelas, tidak ada apa-apa,” jelas Irfan Idris.
Prof Irfan Idris mengklarifikasi komentar sebelumnya yang sempat dimuat Tribun bahwa yang diduga pelaku adalah jaringan teroris Poso demikian keterangan pers polisi. Menurutnya, kabar jaringan Poso sebatas praduga demi keamanan masyarakat Sulsel.
“Itu kan hanya praduga, teroris Poso ini kan lagi booming. Tidak boleh juga lambat kepolisian menjadi penonton, dia harus cepat praduga bahwa jaringan Poso, karena memang hanya Poso, mau dibawa ke mana? jadi itu praduga toh kita tanya ke polisi sekarang, pasti mereka bilang kita tunggulah hasilnya. Tapi setelah saya menelusuri, ini rekayasa untuk menghabisi pihak lain,” ujar Irfan Idris.
Lebih lanjut, kata Irfan, jika dikatakan jaringan Poso, maka alasan tersebut kurang tepat. Pasalnya, tim Sayang sendiri yang diduga memformat insiden. Begitu juga aksi pelaku tidak pada level dan aksi teroris biasanya.
“Nah kalau memang dikatakan jaringan Poso, kenapa di event ini digunakan? event Poso sekarang kan persoalannya aparat keamanan, dia bergeser dari sasaran objek asing? dia sendiri menakdirkan ini teroris dengan aparat keamanan. Sampai mereka membuka surat kepada surat kepada TNI, TNI duduk manis saja menonton, kalau perlu teroris head to head polisi,”tutur Irfan Idris.
Pascainsiden, Irfan Idris terus mengamati reaksi Syahrul dan tim. Menurutnya, getolnya Syahrul dan tim menjual isu teror bom menjadi indikasi ganjal bahwa insiden sebuah rekayasa. Kemarin sebagaimana dilansir portal Tribun, Syahrul: Ambil jabatanku Kalau Bom Pilkada”. Hari ini, Jubir Sayang Maqbul Halim melakukan broadcast di BBM berupa ungkap syukur selamat dari teror bom.
“Indikasi semua ini, bisa dilist bahwa Tim Sayang sendiri yang merekayasa. kedua, Sayang merekayasa tapi sasaran tembaknya ke kandidat lain, ketiga bukan dia yang rekayasa tetapi memang ada pihak lain yang merekayasa untuk dialamatkan di sini agar pihak Ilham-Aziz terkuras energi, memikirkan ini, hanya mau mengutak-atik, peta konflik kan begitu. Aziz ini kan kalangan ustad, bisa jadi dia mau dihabisi,” ungkap Irfan Idris.
Skenario isu teror bom, ulas Irfan Idris, bisa diduga kuat bahwa itu merupakan upaya untuk menghabisi kelompok Aziz sebagai tokoh yang punya ciri khas religius.
“Kalau begini baru mau dikatakan teroris, itu diketawai. Caranya saja mau meledakkan mana. tidak begini. nah kalau mau disamakan kayak Poso, jangan-jangan dipaksakan hanya diadakan pipa parolone, seperti komentar Maqbul di Celebes TV supaya membuat kesimpulan bahwa itu bom betul, padahal ternyata, dibalik yang tersurat itu, ada pesan yang tersirat, bahwasanya ini hanya sok terapi aja. Bahwasanya agar orang mulai simpatik bahwa oh kasian Syahrul mau dibom. Padahal tidak ada,” ujar Irfan Idris.
“Nah kenapa tidak ada jihandak, kenapa orang langsung melihat seperti ada meteor jatuh dari langit tiba-tiba berkerumun begitu, sementara bintangnya di sana tetap menyanyi,” usik Irfan lagi.
Indikasi Rekayasa temuan BNPT melalui rekaman video dan reaksi Sayang Pascainsiden:
*Tiba-tiba ada pemukulan Pascapelemparan botol Aqua (terlihat BNPT) jauh dari depan panggung. Jatuhnya lemparan tidak diketahui hingga ada asap tipis dikabarkan.
*Pelaku tidak mengenakan tas dikroyok, digiring, diinterogasi Tim Sayang di suatu ruangan disusul polisi
“Di video, Tim Sayang yang mengenakan baju Sampan Induk menjelaskan pelaku dipukul karena melempar botol aqua sebanyak dua kali.
*Tiba-tiba tas berisi amunisi diperlihatkan Tim Sayang dan belum diketahui asal usul penemu tas tersebut.
*Keterangan Pers Tim Hukum Sayang lebih mendahului polisi menyimpulkan bom high explosive
*Tidak ada Jihandak (tim ahli penjinak bom), tidak ada evakuasi, tidak ada pemasangan police line
*Syahrul tetap menyanyi, penonton aman tanpa evakuasi
*Pascainsiden, Syahrul, Maqbul, Amirullah Tahir, Moh Roem getol menjual isu teror bom
*Polda memilih diam dan sampai sekarang belum ada kesimpulan
*Pelaku bukan jaringan Poso
Kesimpulan prof.idris berbeda dengan pernyataan Ketua BNPT sendiri, Ansyaad Mbai yang buru-buru menuding pelempar bom kearah Gubernur Sulsel merupakan jaringan teroris Poso. (bilal/arrahmah.com)