JAKARTA (Arrahmah.com) – Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR-RI, Selasa, (19/2) di Gedung Nusantara II DPR-RI, Senayan, Jakarta, paman dari terduga korban penembakan Densus 88 Sirajudin alias Eja, yakni Baharuddin, menceritakan kronologi meninggalnya Eja hingga keberadaan mereka di Jakarta untuk mencari jenazah keponakannya tersebut.
Sirajuddin alias Eja sendiri terlahir di Dompu 7 Agustus 1992. Ia tinggal di Dusun Murobaka Desa Bakajaya, Kecamatan Moja Kabupaten Dompu. “Eja putus sekolah sejak SMA, dan saat itulah membantu orang tuanya dengan bekerja sebagai pelayan warung bakso di Desa oo,” ungkap Baharuddin.
Tanggal 27 Desember 2012 keluar dari tempat pekerjaannya sebagai pelayan Bakso dan masih bertemu dengan pak Jul salah satu warga desa oo pada tanggal 29 Desember 2012.
“Eja bahkan masih sempat pulang ke rumah tanggal 3 Januari 2013 dan menemui bapaknya,” lanjutnya.
Akan tetapi, pada tanggal 5 Januari 2013, ujar Baharuddin, terjadi penembakan di terminal Dompu pada jam 5 pagi, sejak itulah kami tidak mengetahu kabar Eja. “Rumor dari masyarakat bahwa korbannya adalah Eja,” jelasnya.
Baharuddin yang diboyong Hizbut Tahrir Indonesia menemui DPR itu, menolak tuduhan bahwa Eja pernah ke Poso atau pernah melakukan hal-hal di tempat lain. “Saya tegaskan itu tidak benar dan sangat keliru, bagaimana mau ke Poso, ke Bima saja ia tidak pernah,” urainya.
Tanggal 26 Januari 2013, datang Briptu Ruslan Syah, Buser Polres Dompu, menyampaikan informasi kepada Kepala Dusun Murobaka. “Ia mengatakan kornban penembakan di belakang terminal Dompu adalah Sirajuddin, Pelayan bakso di desa oo,” ungkapnya mengutip perkataan Briptu Ruslan.
Ia juga mengungkapkan, bahwasanya pihak keluarga yang hendak mendapatkan informasi keberadaan mayat Sirajuddin sangat dipersulit oleh pihak Polres Dompu. Malah tanpa beban Kapolres Dompu mengatakan itu bukan domainnya. “Itu bukan urusan saya, itu urusan Densus 88, begitu kata pak Kapolres,” cerita Baharuddin.
“Saya berkata, kenapa bukan urusan bapak? Inikan wilayah kekuasaan hukum bapak,” tambahnya dengan nada kesal.
Meski pihak keluarga sempat dijanjikan akan diberikan informasi tentang keberadaan mayat Sirajuddin dari pihak DPRD Dompu. Namun, hingga kini janji tersebut tidak pernah terbukti. “DPRD janjikan 2x 24 jam, namun hingga saat ini tidak ada kepastian sama sekali,” tutupnya di tengah audiensi tersebut. (bilal/arrahmah.com)