JAKARTA (Arrahmah.com) – Mantan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. M. Din Syamsudin, mengecam keras peristiwa penembakan enam Laskar FPI dan menyatakan bahwa peristiwa tersebut merupakan bentuk kedzaliman yang besar dan nyata.
Hal itu dia sampaikan dalam diskusi daring Dewan Tafkir PP Persatuan Islam (Persis) bertemakan ‘Insiden Penembakan Terhadap Laskar FPI’ yang digelar pada Ahad (13/12/2020).
“Saya ingin garis bawahi topik hari ini, ‘Insiden Penembakan Laskar FPI’, apa yang terjadi itu bukan hanya insiden, tapi sudah sampai kepada tragedi atau ada yang lebih tinggi daripada itu, bukan hanya musibah, tapi kedzaliman yang besar dan nyata,” ujar Din pada Ahad (13/12).
Ia juga menilai bahwa tragedi berdarah tersebut merupakan pembunuhan yang melampaui batas dan pelanggaran HAM berat. Kecaman pun disampaikan oleh Din Syamsudin terkait tragedi tersebut, tanpa melihat siapa yang menjadi korbannya.
“Kita bersikap mengecam keras siapa pun korban, dari organisasi mana pun, dan bahkan jika korban adalah anak-anak manusia berbeda agama dengan kita, kelompok mana pun, dan pelaku siapa pun apa lagi aparat negara,” ucapnya, sebagaimana dilansir republika.co.id.
Din juga menekankan bahwa kasus ini harus diusut hingga tuntas, dan tidak boleh dibiarkan begitu saja. Sebab, ia khawatir jika hal ini dibiarkan maka akan terulang lagi di kemudian hari. Dengan tegas Din menyatakan bahwa kedzaliman harus dihentikan sebagai bagian dari amar ma’ruf nahi munkar.
“Harus ada pencegahan, koalisi orang bijak, orang waras terutama kita umat islam untuk tidak berhenti melakukan amar ma’ruf nahi munkar,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Persis, Aceng Zakaria mengatakan, terdapat empat pilar dalam ketahanan negara, salah satunya yakni menjaga para ulama. Dia mengatakan, dalam kesempatan ini ia tidak akan membahas mengenai masalah hukum, melainkan terkait dengan empat pilar ketahanan suatu negara.
“Empat pilar ketahanan negara menurut Nabi untuk dijadikan pedoman bangsa Indonesia, khususnya para tokoh. Dalam hadits disebutkan, tegaknya dunia (negara) dengan empat unsur, pertama adalah dengan ilmunya ulama, yang kedua dengan sikap adilnya penguasa, ketiga kedermawanan para aghniya dan keempat kejujuran para pegawai, para pengusaha,” kata Aceng. (rafa/arrahmah.com)