JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengapreasiasi pernyataan komitmen Presiden Barack Obama dalam menjembatani hubungan masa depan antara negara Barat dengan Islam, khususnya tentang padangan dunia Barat terhadap negara Islam dunia yang negatif.
Dalam pidatonya, Obama menyampaikan rasa ketakutan dan keamanan warga Amerika akibat serangan aksi terorisme di World Trade Center (WTC) pada 9 September 2001 di pusat kota New York merubah pandangan warga Amerika terhadap budaya Islam.
“Saya senang dengan pidato Obama, saya memberikan high speech buat pidato presiden Obama dengan retorik yang tinggi serta bahasa tubuh (gesture) yan g baik, seperti layaknya seorang presiden,” ujar Din usai menyaksikan pidato Presiden Obama secara langsung dari Kairo bersama dengan sejumlah perwakilan dari Kedubes AS, Kamis (4/6).
Menurut Din, isi pidato yang disampaikan oleh Obama bukan sekadar komunikasi politik standar berupa janji yang isi ajakannya sama seperti pada saat Obama berkampanye menjadi capres dari Partai Demokrat pada tahun lalu.
“Obama harus membuat aksi dan realisasi dari pesan yang disampaikan, itu pokok keinginan dari umat dunia Islam dan ini bukan sekadar sikap mengajak atau hanya sekedar wacana tapi lebih kepada power of love,” katanya yang disambut riuh tepuk tangan dari tamu yang hadir di Center for Dialogue and Cooperation Among Civilization (CDCC), Jalan Kemiri Nomor 24 Jakarta Pusat.
Din pun berharap, janji yang sudah disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat pertama dari kalangan kulit hitam itu mampu mengembangkan citra umat muslim, baik di hadapan dunia Barat yaitu sebagai penghubung dengan umat Muslim, dan mampu mengambil sikap independen dari pengaruh lobi pemegang kekuasaan Yahudi Amerika untuk kepentingan bersama masa depan yang bermartabat.
Seperti diketahui, Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyampaikan pidato secara terbuka di hadapan sekira 3.000 orang di perguruan tinggi Islam termuka di Kairo, Mesir. Poin yang disampaikan, di antaranya mengenai demokrasi pemilu, HAM wanita, ekonomi, senjata nuklir, tindakan kekerasan ekstrimisme yang keras, aksi radikal Irak, dan konflik Israel-Palestina. (Althaf/okz/arrahmah.com)