YOGYAKARTA (Arrahmah.id) – Jelang Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiah di Solo, yang akan digelar pada 19-20 November 2022 banyak ide segar yg mengemuka dari sejumlah cendekiawan Muhammadiyah yang melakukan Temu Pikir di Kampus UMY.
Pada pertemuan yang diprakarsai Pusat Studi Muhammadiyah UMY itu, hadir Rektor UMY Prof. Gunawan, Prof. A. Munir Mulkan, Prof. Din Syamsuddin, Prof. Hilman Latief (Dirjen Haji dan Umroh Kemenag), Prof. Mufti Fajar (Ketua KY), Dr. Ibnu Hajar (DPR-RI), Dr. Zuki Qodir, Dr. Sayuti, Dr. Azaki Khairuddin, Dr. Normasari (Warek UAD), dengan moderator Ketua Pusat Studi Muhammadiyah UMY, Dr. Bachtiar Kurniawan, serta sejumlah intelektual muda Muhammadiyah lainnya.
Rektor UMY Prof. Gunawan menyambut baik ide darah segar Pimpinan Pusat Muhammadiyah, namun yang lebih penting baginya adalah pikiran segar.
Prof. Munir Mulkhan, yang pernah menjadi Sekretaris PP Muhammadiyah, lebih menekankan pengembangan struktur yang dinamis dan fungsional di jajaran PP Muhammadiyah dengan memasukkan kader-kader muda, termasuk dari unsur perempuan.
Prof. Hilman Latief, cendekiawan yang pernah menjadi Wakil Rektor UMY menekankan revitalisasi kesekjenan. Baginya Sekretariat Jenderal harus menjadi motor penggerak roda organisasi, yang dimulai dari pimpinan pusat kemudian menggerakkan lingkaran-lingkaran bawah.
Din Syamsuddin yang juga hadir pada forum itu, menyatakan persetujuan dengan pikiran-pikiran tadi. Untuk itu menurut Din, perlu ada restrukturisasi kepemimpinan pusat Muhammadiyah.
Selama ini, PP Muhammadiyah lebih tampil sebagai syuriah (konsultatif), bukan tanfidziyah (eksekutif). Banyak anggota PP Muhammadiyah yg merasa dirinya syuriah (yang berwenang menentukan ketetapan), tapi kurang terlibat dalam melaksanakan keputusan itu dengan menggerakkan unsur pembantu pimpinan (majelis atau lembaga).
Atas dasar tantangan zaman baik pada skala global maupun lokal yang meningkat, Muhammadiyah dituntut lebih responsif. Selama ini sudah bagus, tapi perlu lebih bagus lagi. Maka secara kongkrit Din Syamsuddin mengusulkan beberapa hal:
(1). Jumlah anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah ditambah dari 13 menjadi 19 atau lebih.
(2). Anggota PP lama cukup sepertiga yang dipertahankan (kalau 13 berarti 5 orang, kalau 19 berarti 7 orang) yaitu mereka yang visioner, aktif dan berkemajuan.
(3). Di pucuk struktur cukup Ketua Umum ditambah Wakil Ketua Umum sebagai konduktor, di bawahnya perkuat kesekjenan yang akan membantu para wakil sekjen yang menggerakkan pelaksanaan Program-program Umum Persyarikatan dan sekaligus memberdayakan majelis/lembaga di bawahnya. Di samping itu perlu perkuat biro-biro yg berada di bawah Sekjen (tidak diletakkan dalam sekretariat).
Menurut Din Syamsuddin, Muhammadiyah perlu kader-kader muda atau setengah tua sebagai darah segar untuk mengisi pos-pos dalam struktur tadi. Syaratnya mereka harus memiliki integritas tinggi, mempunyai intelektualitas memadai, mempunyai kapabilitas mumpuni, dan availabilitas (keberadaan yang selalu hadir bekerja, serta menyediakan waktu utk organisasi). (rafa/arrahmah.id)