(Arrahmah.com) – Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melakukan perjalanan menuju Tabuk, beliau melewati Hajar, satu daerah yang dulu ditempati kaum tsamud, umatnya Nabi Soleh ‘alaihissalam. Puing-puing rumah mereka masih banyak tersisa. Beliau memerintahkan agar para sahabat mempercepat langkahnya dan berusaha menangis.
Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, menceritkan,
لَمَّا مَرَّ بِالْحِجْرِ قَالَ « لاَ تَدْخُلُوا مَسَاكِنَ الَّذِينَ ظَلَمُوا إِلاَّ أَنْ تَكُونُوا بَاكِينَ ، أَنْ يُصِيبَكُمْ مَا أَصَابَهُمْ » . ثُمَّ قَنَّعَ رَأْسَهُ وَأَسْرَعَ السَّيْرَ حَتَّى أَجَازَ الْوَادِىَ
Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati daerah Hajar, beliau bersabda,
“Janganlah kalian memasuki tempat tinggal orang-orang yang dzalim, kecuali sambil menangis. Karena apa yang menimpa mereka bisa menimpa kalian.”
Lalu beliau menutup kepala beliau dengan kain selendangnya, dan mempercepat perjalanannya, hingga berhasil melewati daerah itu. (HR. Ahmad 5466 dan Bukhari 4419)
Dalam riwayat lain, beliau secara tegas melarang untuk memasuki tempat seperti itu, kecuali sambil menangis.
Beliau bersabda,
لاَ تَدْخُلُوا عَلَى هَؤُلاَءِ الْمُعَذَّبِينَ إِلاَّ أَنْ تَكُونُوا بَاكِينَ ، فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا بَاكِينَ فَلاَ تَدْخُلُوا عَلَيْهِمْ ، لاَ يُصِيبُكُمْ مَا أَصَابَهُمْ
Janganlah kalian memasuki daerah umat yang diadzab itu kecuali sambil menangis. Jika kalian tidak bisa menangis, jangan memasuki daerah mereka. Jangan sampai adzab yang menimpa mereka, menimpa kalian. (HR. Bukhari 433).
Tentu saja saran beliau itu tidak hanya berlaku untuk sahabat di masa itu. Peringatan ini berlaku untuk semua umat beliau.
Karena itulah, hadits ini menjadi landasan para ulama, tentang larangan berkunjung ke tempat umat-umat masa silam yang diadzab oleh Allah karena kedurhakaannya, hanya karena ingin tahu atau piknik atau sebatas mengambil gambar. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi peringatan,
“Jangan sampai adzab yang menimpa mereka, menimpa kalian”.
Imam Ibnu Utsaimin pernah ditanya,
هل يجوز زيارة مدائن صالح للعظة؟
Bolehkah mendatangi Madain Sholeh untuk mengambil pelajaran dari kejadian itu?
Jawaban beliau,
يجوز بشرط: ألا يدخلها الإنسان إلا وهو يبكي.
لأن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ( لا تدخلوا على هؤلاء المعذبين إلا وأنتم باكون ) أما أن يذهب إليها لينظر مدى قوة القوم فيما سبق فهذا لا يجوز، والفرق ظاهر، لأن هذا الذي يذهب إليها من أجل أن ينظر قوة هؤلاء ذهابه إليها نزهة وترف ولا كأنه وقع بهم من العذاب ما وقع، أما الذي يذهب إليها وهو يبكي ويخاف فهذا لا حرج فيه.
ولهذا لما مر النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم بهذه الديار في سفره إلى تبوك قنع رأسه وأسرع في السير.
Ya boleh, dengan syarat, seseorang tidak memasuki daerah itu kecuali dalam kondisi menangis.
Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian memasuki daerah umat yang diadzab itu kecuali sambil menangis.”
Adapun mendatangi tempat-tempat itu hanya melihat betapa kuatnya kaum Tsamud di masa silam, maka ini tidak boleh.
Perbedaannya jelas. Orang ini berangkat untuk mengukur kekuatan kaum Tsamud, tujuannya hanya untuk rekreasi, jalan-jalan. Dan tidak membayangkan bagaimana adzab itu menimpa mereka.
Sedangkan orang yang pergi ke sana sambil menangis dan takut kepada Allah, ini tidak masalah.
Untuk itu, ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati perkampungan mereka dalam perjalanannya menuju tabuk, beliau menutup kepalanya dan mempercepat langkahnya. (Liqaat Bab al-Maftuh, volume 224, no. 14).
Allahu a’lam.
Oleh Ustadz Ammi Nur Baits/Konsultasisyariah.com
(*/Arrahmah.com)