Depok (Arrahmah.com) – Pasca ditangkapnya Mardiansyah alias Ferdiansyah (Ferdi) oleh Densus 88 tak jauh dari kontrakannya di kawasan Studio Alam, Depok, sang istri Asma atau yang biasa disapa Ummu Maryam beserta keluarga harus menerima pengucilan dari warga sekitar.
Sungguh berat beban penderitaan Asma. Ia harus rela hidup, tanpa ditemani suami, saat dirinya tengah hamil sembilan bulan, dan sebentar lagi akan melahirkan anaknya yang kedua. Sementara itu ia tak punya cukup biaya persalinan untuk menyiapkan jabang bayinya bila lahir nanti.
Atas permintaan Ibu RW, Ummu Maryam harus memberikan klarifikasi di depan majelis taklim kaum ibu, untuk menjelaskan apa adanya, bahwa suaminya tidak terlibat dugaan terorisme seperti dituduhkan Densus. Sebagai istri, Ummu Maryam tahu banyak tentang kegiatan suaminya selama ini. “Suami saya memang berbisnis air soft gun. Ini pun legal. Untuk membeli senjata, ada surat-suratnya, bahkan mendapatkan keanggotaan dari Perbakin,” ujar ibu dari Maryam ini.
Ketika Ummu Maryam yang bercadar itu mengklarifikasi bahwa suaminya tidak bersalah, ada warga yang bertanya: Jika tidak bersalah, kenapa tidak dilepaskan saja. Lalu dijawab lagi oleh Ummu Maryam, bahwa suaminya difitnah oleh Densus melakukan aksi teorisme. Padahal, tidak pernah terlibat dengan bom Cirebon.
Seperti dikatakan Ummu Maryam, dulu, sang suami pernah bekerjasama dengan Sofyan Tsauri untuk memasarkan air soft gun. Kerjasama itu berlangsung selama setahun. Tapi kemudian, suaminya berbisnis sendiri, tak lagi bekerjasama dengannya. Sebelumnya, Ferdi pernah bekerja sebagai sopir . Karena lelah, sang suami beralih profesi untuk menjalankan bisnis air soft gun. Bisnis itu ditekuninya secara serius.
“Saya heran, kenapa bisnis legal ini diidentikkan dengan teroris. Setahu saya, banyak ikhwan yang berbisnis air soft gun. Tapi kenapa hanya suami saya yang ditangkap. Saya sebagai istrinya, sering kok mendampingi suami untuk ambil barang dari importir yang didatangkan dari Jepang dan Taiwan,” kata Asma yang tahu banyak soal jenis air soft gun.
Pernah, Babinsa datang ke kontrakannya untuk mencari tahu kegiatan suami berbisnis air soft gun. Lalu dengan secara terbuka, istri Mardiansyah ini, menjelaskan bisnisnya yang dijalankan lewat online itu. Bahkan ia mempersilahkan babinsa tersebut melihat jenis air soft gun pesanan orang, berikut brosurnya.
Ummu Maryam juga membantah, jika ia dan suaminya tidak bergaul dengan warga sekitar. “Salah, jika orang berjengggt tidak pernah bergaul. Buktinya, suami saya sering berbisnis dengan warga di sini, seperti jual motor atau beli tanah. Sedangkan saya, memang sering bolak-balik ke rumah mertua di Cipayung, Jakarta Timur. Karena importirnya ada diluar Depok, maka untuk memudahkan pengambil barang, kami terpaksa nginap di rumah mertua,” tukasnya menjelaskan.
Sebelumnya, kepada voa-islam, Ketua RT 04 Kampung Cikumpa, Ahmad Fauzi, mengatakan, jika Ibu Maryam dan suaminya tidak berinteraksi dengan masyarakat setempat. Bahkan ke musholla pun tidak pernah. “Ferdiansyah jarang bergaul dengan warga sekitar serta memiliki kepribadian yang tertutup. Bila ada pengajian warga di lingkungannya, Ferdiansyah tidak pernah mengikutinya,” kata Ketua RT menuduh.
Dikatakan Fauzi, Ibu Maryam selaku warga sudah melapor dan mendatangi rumahnya secara baik-baik. “Bagi saya, Bu Maryam tak perlu memberi konfirmasi kepada warga. Mungkin itu permintaan Bu RW. Yang jelas, tidak ada perintah dari saya kepada warga untuk mengucilkan Ibu Maryam, apalagi mengusirnya dari kampung ini. Saya tidak punya hak untuk mengusir. Sebagai Ketua RT, saya hanya berharap, Ibu Maryam mau bergaul dengan masyarakat sekitar. Sebab. jika ada kesusahan, kan tetangga terdekat yang akan menolong,” tukas Pak RT.
Ditangkap Densus
Seperti diberitakan sebelumnya, Ferdiansyah (27) yang telah menghuni rumah kontrakan selama satu tahun di Jl. Kemang II, Kelurahan Sukmajaya, Kecamatan Sukmajaya, Depok. Ferdiansyah diketahui berbisnis air soft gun melalui internet.
Dengan tuduhan tak jelas, Ferdi kemudian disergap di tengah jalan, ketika ia beserta istri dan anaknya hendak membeli makan malam, seusai shalat Magrib.
Dengan penangkapan itu, warga sekitar mengaku kaget dengan penggerebekan yang dilakukan oleh Densus 88. Masyarakat dikejutkan ketika sejumlah anggota Densus 88 menggeledah rumah kontrakan dan menyita barang-barang berharga milik Ferdi, seperti motor Honda Legenda, CPU komputer, dan DVD murotal 30 juz.
Sebelum penangkapan, diceritakan Ummu Maryam, sang suami sempat ditelepon oleh seseorang di Bandung untuk membawa barang air soft gun. Tapi oleh sang istri dilarang, mengingat ada insiden bom Cirebon. “Firasat saya sebagai istri, ada kekhawatiran jika ada yang menjebak. Suami saya akhirnya tidak jadi ke Bandung. Saya bertanya-tanya, kenapa harus ke Bandung.”
Saat terjadi peristiwa pengeboman masjid di Cirebon, Ummu Maryam sempat geram dan bertanya pada suami. “Abah, kok ada orang ngebom masjid. Suami saya geleng-geleng kepala. Dia bilang tidak tahu sama sekali pelakunya. Yang pasti, saat itu suami saya ada dirumah kontrakan. Ia sedang istirahat di kamarnya. Saya juga sering melarang pergi kemana-mana jika tidak ada keperluan, kecuali jika ada bisnis.”
Suatu ketika, Ummu Maryam dan suami serta putrinya yang masih balita keluar rumah untuk membeli jajan makan malam dengan mengendarai sepeda motor. Saat berada di lahan kosong, ada yang menelpon dari orang yang tak dikenal. Di tengan jalan, tiba-tiba Kijang Innova menjegatnya. Yang menjegat hanya seseorang, tapi di portal ojek, banyak sekali orang yang menunggu.
“Abah (Ferdi) dipanggil. Lalu ditarik ke dalam mobil dengan tangan terborgol. Saya dan anak saya pun turut dibawa ke mobil. Di dalam mobil, suami saya ditanya, soal dimana keberadaan Abu Haykal. Suami saya bilang tidak tahu. Lalu ditanya lagi, dimana Eko Ibrahim. Suami saya lagi-lagi tidak mengenalnya. Yang jelas, ada beberapa daftar nama yang akan dijadikan target oleh Densus. Jam 02.00 malam, saya kemudian dipisahkan dari suami. Sampai di rumah, sudah banyak wartawan yang menunggu. Saya dan suami betul-betul tidak menduga, jika ada penangkapan.”
Ummu Maryam berharap, ia masih tetap ingin tinggal di rumah kontrakan di studio Alam, Depok. “Saya ingin tinggal disini, karena biaya kontrakannya murah, itu sudah termasuk dengan listrik,” katanya. (voa-islam/arrahmah.com)