ALGIER (Arrahmah.com) – Menteri Dalam Negeri Aljazair Tayeb Belaiz mengumumkan pada Jum’at malam (18/4/2014) kemenangan Presiden Abdel Aziz Bouteflika dalam pemilihan presiden untuk keempat kalinya. Bouteflika meraih kemenangan mutlak sebanyak 81,53 persen suara pemilih dan mengalahkan rivalnya Ali Benflis yang hanya meraih 12,18 persen suara. Benflis sendiri menolak hasil tersebut dan menuding terjadinya pemalsuan dalam proses pilpres, Al-Jazeera melaporkan.
Pemilihan presiden Aljazair dilakukan setelah proses kampanye selama tiga pekan. Benflis, mantan perdana menteri, mengkritik pilpres Aljazair ditandai dengan “penipuan dalam skala besar”.
Sebanyak 51,78 persen warga Aljazair yang memiliki hak pilih memberikan suaranya dalam pemilihan presiden Aljazair pada 2014 ini, sekitar sepuluh juta dua ratus ribu pemilih, seperti diungkapkan oleh Mendagri Aljazair dalam konferensi pers pada Jum’at malam. Hal ini berarti sebanyak 48,22 persen pemilik suara memilih golput.
Kandidat termuda, Abdel Aziz Belaid, menempati posisi ketiga dengan perolehan suara 3,03 persen. Ia diikuti oleh satu-satunya kandidat wanita dalam pilpres Aljazair, Louise Hanoune, yang meraih 1,37 persen suara. Dua kandidat lainnya, Ali Fawzi Rebaine dan Moussa Touati meraih kurang dari satu persen suara.
Dalam wawancara dengan stasiun TV Al-Jazera, Ali Benflis menolak hasil pemilihan presiden Aljazair kali ini karena terjadi pemalsuan dalam skala luas.
Pendapat serupa diungkapkan oleh kandidat Moussa Touati. Ia telah melayangkan surat protes kepada Dewan Konstitusi Aljazair dan menegaskan “telah terjadi pemalsuan jumlah pemilih”.
Seperti para diktator lainnya di negara-negara Afrika, presiden Abdel Aziz Bouteflika selalu memenangkan pemilu dengan angka yang sangat telak. Masa pemerintahannya yang telah berlangsung selama tiga periode telah mengokohkan kuku-kuku kekuasaannya di Aljazair. Terlebih Bouteflika adalah sekutu utama AS, Perancis dan Barat dalam memerangi gerakan Islam di Afrika barat. Tingginya angka golput, yang melebihi jumlah suara Bouteflika, mengindikasikan rakyat sudah muak dengan diktator sekuler tersebut.
(muhib al majdi/arrahmah.com)