ALEPPO (Arrahmah.com) – Pasukan yang setia kepada Presiden Bashar Asad memasuki rumah-rumah dan membunuh orang-orang di dalamnya, serta menangkapi warga sipil dan membunuh mereka di tempat, ungkap Rupert Colville, juru bicara kantor hak asasi manusia PBB, Selasa (13/12/2015).
Dia menyebut situasi ini sebagai krisis kemanusiaan seutuhnya, lansir WB.
Colville mengatakan pasukan pemerintah Nushairiyah pada hari Senin membunuh 82 warga sipil – termasuk 13 anak-anak dan 11 perempuan – di lingkungan Bustan Al-Qasr, Al-Kalleseh, Al-Firdous dan Al-Salheen – yang diambil alih hari itu oleh pasukan pemerintah.
Ketakutan telah berkembang di mana ribuan warga sipil yang terperangkap bertahan di wilayah bekas kubu oposisi Aleppo timur.
Tentara Syiah Suriah mengatakan pada hari Selasa bahwa pada malam itu mereka bisa menyatakan kontrol penuh atas Aleppo timur “setiap saat” karena posisi mereka menguat menghadapi segelintir “pemberontak” yang diklaim bersembunyi di lingkungan itu.
Sekitar 80.000 warga sipil kini terjebak di beberapa mil persegi Aleppo timur yang tetap di bawah kendali oposisi.
Saksi menggambarkan adegan pembantaian sebelumnya terjadi di sana dengan warga sipil yang terbaring di tengah puing-puing di jalan-jalan Aleppo timur sementara warga yang putus asa duduk di trotoar yang dijadikan sebagai tempat penampungan.
“Derita kami dikepung. Mengapa kami bersembunyi? Tidak ada yang bisa kami lakukan. Kami akan mati atau ditangkap,” kata Ibrahim Abu Al-Laith, juru bicara tim penyelamat White Helmet.
Jan Egeland, penasihat khusus PBB untuk Suriah, mengatakan 24 jam terakhir telah menjadi situasi paling dramatis sejauh ini, menyebutnya sebagai “pertempuran berdarah, pahit, mengerikan untuk Aleppo”.
(banan/arrahmah.com)