AFGHANISTAN (Arrahmah.com) – Dua puluh tahun setelah hancur diledakkan di dataran tinggi Afghanistan, salah satu patung Buddha yang terkenal di negara itu kembali hadir secara singkat pada Selasa (9/3/2021) malam.
Proyeksi tiga dimensi (3D) berbentuk patung Buddha tampak memenuhi ceruk di mana patung Buddha pernah berdiri di atasnya selama berabad-abad.
Proyeksi tersebut memuncaki hari peringatan penghancuran dua patung Buddha yang terkenal oleh Taliban pada Maret 2001 di lembah Bamiyan, Afghanistan tengah.
“Kami tidak ingin orang jahat merusak yang dilakukan di sini,” ungkap Zahra Hussaini, salah satu penyelenggara acara “A night with Buddha”, seperti dikutip dari Al Jazeera (10/3).
Setelah prosesi yang diterangi lentera, ratusan orang berkumpul di dasar tebing tempat patung-patung tersebut pernah berdiri di samping jaringan gua kuno, biara, dan tempat pemujaan.
Proyeksi 3D itu memenuhi ceruk yang dulunya mengisi Salsal, patung yang berukuran 55 meter itu.
“Saat-saat ini juga mengingatkan Anda tentang betapa besar harta kita yang hilang,” ungkap Gulsoom Zahra, warga Bamiyan berusia 23 tahun yang menunjukkan upacara tersebut.
Kemarahan Taliban internasional ketika mereka meledakkan patung-patung berusia ratusan tahun selama pemerintahan singkat mereka yang bertangan besi di negara itu.
Saat itu Taliban menghancurkan sejumlah warisan budaya pra-Islam di Afghanistan yang kaya peninggalan bersejarah.
Dengan latar belakang bersalju dan langit biru jernih, Bamiyan menjadi salah satu dari sedikit tujuan populer di Afghanistan bagi penggemar alam luar dan penggemar sejarah yang ingin menjelajahi warisan arkeologi negara itu.
Peringatan itu diselimuti ketakutan bahwa Taliban dapat kembali berkuasa setelah menandatangani kesepakatan penting dengan Amerika Serikat (AS) yang dapat membuat pasukan internasional keluar dari negara itu dalam beberapa bulan mendatang.
Sedikit yang menduga pasukan keamanan pemerintah Afghanistan dapat bertahan lama melawan serangan gencar Taliban tanpa perlindungan kekuatan udara AS dan pasukan khususnya.
“Kami juga ingin mengungkapkan keprihatinan kami tentang masa depan, dan apa yang akan terjadi pada warisan sejarah kami di masa depan, dan apakah sejarah akan terulang kembali dan artefak yang tersisa akan sekali lagi diserahkan kepada belas kasihan kelompok ekstremis,” papar Hussaini. (Hanoum/Arrahmah.com)