DHAKA (Arrahmah.id) — Kebakaran hebat kembali menyebabkan ribuan pengungsi Rohingya kehilangan tempat tinggal di kamp-kamp di Distrik Cox’s Bazar, Bangladesh. Indisen ini diduga adalah tindakan sabotase yang direncanakan, ungkap sebuah panel yang menyelidiki kebakaran tersebut pada Ahad (12/3/2023).
“Kebakaran itu merupakan tindakan sabotase yang terencana,” kata kepala komite penyelidikan beranggotakan tujuh orang yang juga pejabat senior distrik, Abu Sufian, seperti diansir VOA (13/3).
Menurut Abu Sufian, kobaran api yang muncul di sejumlah titik pada waktu yang sama membuktikan bahwa kebakaran itu memang direncanakan. Dia menambahkan bahwa peristiwa tersebut adalah upaya yang disengaja untuk membangun supremasi di dalam kamp oleh kelompok militan. Dia tidak menyebutkan kelompok yang dimaksudnya.
“Kami merekomendasikan penyelidikan lebih lanjut oleh lembaga penegak hukum untuk mengidentifikasi kelompok di balik insiden itu,” katanya seraya menambahkan bahwa laporan itu berdasarkan masukan dari 150 saksi mata.
Sejumlah pejabat mengatakan, hampir 2.800 tempat penampungan dan lebih dari 90 fasilitas termasuk rumah sakit dan pusat pembelajaran hancur dalam kebakaran di kamp pengungsi Rohingya di Distrik Cox’s Bazar pada 5 Maret, menyebabkan lebih dari 12.000 orang kehilangan tempat berlindung.
Lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya tinggal di puluhan ribu gubuk yang terbuat dari bambu dan terpal plastik tipis di kamp-kamp di Distrik Cox’s Bazar. Sebagian besar melarikan diri dari penindasan militer Myanmar pada tahun 2017.
Panel juga merekomendasikan pembentukan unit pemadam kebakaran terpisah bagi kamp-kamp Rohingya. Setiap blok kamp Rohingya perlu diperlebar untuk menampung kendaraan pemadam kebakaran dan pembangunan tangki air, serta kamp harus menggunakan bahan yang tidak mudah terbakar adalah sejumlah rekomendasi lainnya.
Ini bukan kebakaran pertama yang terjadi di kamp-kamp yang penuh sesak. Kebakaran besar pada Maret 2021 menewaskan sedikitnya 15 pengungsi dan menghancurkan lebih dari 10.000 gubuk pengungsian.
Meningkatnya kejahatan, kondisi kehidupan yang sulit, dan prospek yang suram untuk kembali ke Myanmar telah mendorong lebih banyak pengungsi Rohingya meninggalkan Bangladesh dengan kapal ke sejumlah negara seperti Malaysia dan Indonesia, dengan mempertaruhkan nyawa mereka.
Data PBB menunjukkan 348 Rohingya diperkirakan meninggal di laut pada tahun lalu. (hanoum/arrahmah.id)