KUALA LUMPUR (Arrahmah.com) – Berdasarkan pemeriksaan terhadap latar belakang seluruh penumpang pesawat Malaysia yang hilang, tidak ditemukan tanda-tanda adanya seseorang yang mempunyai motif politik atau kriminal untuk menabrakkan atau membajak pesawat.
Para penyelidik yakin bahwa seseorang mengetahui secara mendalam tentang Boeing 777-200ER dan sistem navigasi komersil telah membelokkan arah – yang membawa 12 kru dan 227 penumpang yang sebagian besar adalah warganegara Cina – beribu-ribu mil jauhnya, sebagaimana dilansir oleh Deutsche Welle, Selasa (18/3/2014).
Pemeriksaan intelijen terhadap latar belakang 153 penumpang Cina di dalam pesawat hilang tersebut tidak menemukan tanda-tanda yang mencurigakan.
Sumber keamanan Amerika Serikat dan Eropa mengatakan bahwa upaya yang dilakukan sejumlah pemerintah untuk menyelidiki latar belakang semua orang yang ikut dalam penerbangan, tidak menemukan adanya kaitan mereka dengan kelompok militan atau siapapun yang bisa menjelaskan hilangnya pesawat tersebut.
Fokus ke pilot
Seorang sumber AS yang dekat dengan penyelidikan mengatakan bahwa para pilot pesawat itu sedang diselidiki karena pengetahuan teknis diperlukan untuk mematikan sistem komunikasi pesawat.
Para pejabat Malaysia sebelumnya mengatakan bahwa dugaan motif bunuh diri pilot atau co-pilot masuk dalam penyelidikan, meski mereka menekankan bahwa itu hanya salah satu kemungkinan yang sedang diselidiki.
Penerbangan MH370 lenyap dari menara pengawas udara sipil Malaysia, kurang dari satu jam setelah lepas landas dari Kuala Lumpur menuju Beijing. Kasus ini tercatat sebagaimisteri terbesar dalam sejarah penerbangan modern.
Para penyelidik percaya bahwa seseorang telah mematikan sistem pengiriman identitas pesawat dan ACARS, yang berfungsi mengirimkan data dari pesawat ke darat. Menurut data militer Malaysia, pesawat itu berbalik arah melintasi semenanjung Malaysia dan mengikuti rute penerbangan komersial menuju India.
Tapi spekulasi itu masih belum bisa menjawab di mana pesawat itu kini berada.
Kepolisian Malaysia telah menggeledah rumah kapten Zaharie Ahmad Shah, 53, dan co-pilot Fariq Abdul Hamid, 27. Diantara barang-barang yang disita adalah sebuah simulator penerbangan yang dibuat Zaharie di rumahnya.
Seorang perwira polisi senior yang dekat dengan penyelidikan mengatakan program dalam simulator pesawat itu termasuk diantaranya adalah landasan pacu Samudera Hindia di Maladewa, Sri Lanka, Diego Garcia dan India sebelah selatan, meski ia menambahkan bahwa landas pacu di AS dan Eropa juga ada di simulator tersebut.
Kecelakaan pesawat terbang akibat pilot bunuh diri, beberapa kali terjadi dalam sejarah penerbangan. Tapi kasus semacam ini dianggap tabu dilaporkan kepada publik dalam hasil penyidikan penyebab kecelakaan.
Kini ada indikasi bahwa awak pesawat terbang Malaysia Airlines MH370 melakukan aksi bunuh diri. Namun sejauh ini tidak ada konfirmasi dari pihak manapun. Penyidik kecelakaan pesawat selalu menghindari istilah pilot bunuh diri dalam laporan resmi penyebab kecelakaan, walaupun indikasi maupun bukti kuat mengarah pada kasus itu.
Dalam beberapa kasus diketahui pilot menghadapi masalah berat, baik pribadi maupun profesi. Ada yang tidak lolos cek kesehatan, tapi tetap ditugasi terbang oleh perusahaan penerbangan tempat dia bekerja.
Mozambique Airlines Flight TM470
Kasus paling anyar yang terjadi 29 November 2013 melibatkan pesawat milik Mozambique Airlines type Embraer 190 yang mengangkut 33 penumpang. Pesawat buatan Brasil yang baru berumur setahun dan terkenal aman itu, sedang dalam penerbangan dari Maputo di Mozambique menuju Luanda di Angola tiba-tiba jatuh di kawasan terpencil di Namibia. Saat kecelakaan terjadi, dilaporkan cuaca bagus dan tidak ada ancaman bahaya apapun.
Pengusutan kotak hitam menunjukkan, pilot tiba-tiba mematikan mesin dan memasang auto-pilot untuk turun dari ketinggian 38.000 kaki ke nol. Pesawat menukik dengan kecepatan 6.000 kaki per-menit dan hancur menghempas bumi. Penyebab bunuh diri diduga masalah pribadi pilot di dalam rumah tangganya serta kematian seorang anak lelakinya.
Egyptair Flight 990
Tahun 1999 pesawat terbang Egypt Air type Boeing 767-300 dengan nomor penerbangan 990 jatuh ke Samudra Atlantik, menewaskan seluruh 217 penumpangnya. Hasil penyidikan menunjukkan : co-pilot Gameel El-Batouty berada sendirian di cockpit, mengunci semua pintu dan mematikan auto-pilot serta menukikkan pesawat. Laporan resmi setebal 180 halaman tidak menyebut pilot bunuh diri, melainkan “penyebab yang tidak bisa dijelaskan.”
Silk Air Flight 185
Walau sudah terjadi cukup lama, yakni tahun 1997, jatuhnya pesawat terbang Boeing 737-300 milik maskapai penerbangan Silk Air di sungai Musi Palembang yang menewaskan seluruh 104 penumpangnya masih ada dalam ingatan dan catatan. Saat jatuh, pesawat baru berumur setahun dan cuaca bagus.
Pilot asal Singapura Tsu Way Ming dilaporkan tiba-tiba menurunkan pesawat dari ketinggian 35.000 kaki dengan kecepatan supersonik ke sungai musi. Perekam suara di cockpit dalam penyidikan diketahui dimatikan secara sengaja. Laporan lain menyebutkan : pilot Tsu sedang menghadapi masalah pribadi amat berat.
Japan Airlines 1982
Sebuah pesawat DC 8 seri 61 milik Japan Airlines jatuh ke laut di dekat bandar udara Haneda. Penyebabnya, pilot Seiji Katagiri (35) berusaha melakukan aksi bunuh diri. Buktinya cukup kuat : saat pesawat siap lepas landas, Katagiri justru menarik tuas untuk mengerem dua mesin, yang harus dijangkau di depan tuas pemercepat mesin.
Perekam suara di cockpit merekam teriakan perwira pertama dan teknisi pesawat yang membentak pilot Katagiri untuk menghentikan tindakannya. Akibat percobaan bunuh diri itu, 24 penumpang tewas. Pesawat seluruhnya mengangkut 147 penumpang. Laporan resmi Japan Airlines menyebutkan: pilot Katagiri mengidap penyakit psikosomatis, tapi masih digolongkan layak terbang.
(ameera/arrahmah)