TEHERAN (Arrahmah.id) — Kementerian Intelijen Iran menangkap 10 tersangka dari kelompok militan Islamic State (ISIS). Mereka diduga akan melakukan serangan saat acara perayaan warga pemeluk Syiah
Dilansir The Times of Israel (4/8/2022), Kementerian mengatakan, “Sepuluh militan ISIS,” telah ditangkap.
Mereka, “dikirim untuk melakukan beberapa operasi serangan di antara para peziarah.”
Dua agen intelijen, tambahnya, terluka dalam baku tembak selama penangkapan.
Iran biasanya memperingati 10 hari pertama bulan Muharram yang berpuncak pada Asyura, Senin (8/8), ketika jemaat memadati kuil dan mengambil bagian dalam prosesi.
Asyura menandai kematian Imam Husein, cucu Nabi Muhammad, yang dihormati Syiah.
Kementerian intelijen mengatakan orang-orang itu masuk dari negara tetangga, Irak dan Turki. Mereka ditangkap dalam operasi selama tiga hari terakhir di Iran barat dan selatan.
Laporan di televisi pemerintah menunjukkan peralatan yang dilaporkan disita dari para tersangka, termasuk senapan sniper, pisau, telepon, dan komputer laptop. Itu juga menunjukkan salah satu pria yang ditangkap dengan matanya ditutup.
Kementerian menyebut orang-orang itu, “Takfiris.” Ini istilah yang biasanya digunakan di Iran dan negara-negara lain untuk merujuk pada ekstremis Islam. Namun Iran juga menuduh musuh bebuyutan Israel menggunakan para jihadis untuk menyerang mereka.
Negara itu mengeklaim bahwa orang-orang itu dikirim menyusul kegagalan besar pekan lalu dalam ledakan di pusat yang sensitif yang dituduhkan kepada teroris separatis.
Menyusul serangan yang gagal itu, kementerian intelijen Iran pada 27 Juli mengatakan telah menangkap agen-agen yang terkait dengan agen mata-mata Israel Mossad sekaligus anggota kelompok pemberontak Kurdi yang dilarang.
“Rezim kriminal Zionis kali ini mencoba melakukan operasi terorisnya melalui tim takfiri ISIS,” tambah pernyataan itu. Zionis merujuk kepada Israel.
Iran dan Israel telah terlibat dalam perang bayangan selama bertahun-tahun. Republik Islam itu menuduh negara Yahudi itu melakukan serangan sabotase terhadap situs nuklirnya dan pembunuhan tokoh-tokoh kunci, termasuk ilmuwan.
Iran telah terlibat dalam perang melawan kelompok ISIS di Irak dan Suriah melalui penasihat militer.
Pada Juni 2017, ISIS mengeklaim serangan kembar yang menargetkan kompleks parlemen Iran dan makam pendiri revolusi Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini dan menewaskan 17 orang.
Juni lalu, Iran menggantung seorang muslim yang dijatuhi hukuman mati karena membunuh dua pendeta Syiah dan melukai yang lain pada April. Para pejabat menyalahkan kelompok takfiri atas serangan itu. (hanoum/arrahmah.id)