SURIAH (Arrahmah.id) — Sejumlah perempuan dan anak-anak melakukan unjuk rasa di kamp Al Rukban, Suriah, untuk meminta perhatian dunia karena kondisi kehidupan di pengungsian yang memburuk.
Dilansir Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR) (23/3/2022), kondisi kamp al Rukban kian hari kian memburuk karena di sana kekurangan bahan makanan dan bahan penting lainnya yang menyebabkan kondisi kesehatan pengungsi dan anak-anak kian parah.
Mereka menuntut agar organisasi Dewan Sipil dan PBB untuk bertanggung jawab terhadap penghuni kamp dengan sgera memberikan bantuan dan persediaan makanan agar anak-anak tidak banyak yang meninggal.
Kamp pengungsi Suriah yang terisolasi di tenggara Suriah sudah berbulan-bulan ini tidak menerima bantuan kemanusiaan, pasokan makanan dan peralatan kesehatan.
“Tidak ada dokter atau tenaga medis terlatih profesional, hanya perawat yang menyediakan perawatan sederhana. Kami tidak memiliki perlengkapan atau peralatan yang dibutuhkan untuk darurat medis,” kata Abu Abdallah, aktivis di kamp itu sebagaimana dilaporkan Al Arabiyah beberapa waktu lalu.
Menurutnya, dalam sehari di kamp itu bisa meninggal tujuh hingga sepuluh orang
PBB sendiri menyatakan kamp ini memang situasinya sangat tidak biasa. “Tidak ada air, tidak ada pepohonan, tidak ada sumber penghasilan atau bantuan kemanusiaan,” kata Bassam Brabandi, bekerja untuk People Demand Change berkantor di Amerika Serikat yang kerap berkomunikasi dengan aktivis di kamp Al Rukban.
Penguasa Suriah dan sekutu Rusia berulang kali memblokade bantuan untuk masuk ke kamp Rukban. Mereka mendorong penghuni kamp kembali ke area yang dikuasai penguasa.
Milisi Iran yang menguasai perbatasan memblokir semua jalan masuk ke kamp kecuali satu pintu masuk untuk menyelundupkan barang.
Hanya 20 persen dari seluruh kebutuhan kamp diizinkan masuk. Alhasil terjadi inflasi harga, menurut Mohammed Ahmed Derbas, ketua komite di kamp Rukban.
“Kami dalam tekanan. Bahkan organisasi-organisasi internasional untuk pelayanan kesehaan dan medis tidak bisa mengakses kami,” lata Khashaam.
Kamp Rukban didirikan AS tahun 2016 berlokasi 55 kilometer di zona aman, setelah pangkalan militer AS Al Tinf.
Kamp dibangun sebagai tempat tinggal informal pengungsi yang melarikan diri dari penguasa dan anggota keluarga militan Islamic State (ISIS) namun ditolak masuk oleh Yordania tahun 2015.
Kamp Rukban dihuni 60 ribu orang yang lari dari rumah mereka. Sementara populasinya sekarang sudah mencapai 10 ribu hingga 12 ribu orang. (hanoum/arrahmah.id)