JAKARTA (Arrahmah.com) – Muslim Indonesia telah menyampaikan 5 tuntutannya kepada pemerintah Myanmar. Menyikapi 5 tuntutan yang disampaikan oleh Forum Umat Islam (FUI) tersebut, Dubes Myanmar memberikan komentar dan jawabannya. Redaksi arrahmah.com memperoleh transkrip pembicaraan di Kedubes Myanmar tersebut. Berikut jawaban dan komentar secara normatif dari Dubes Myanmar, Min Lwin.
Min Lwin mulai menjelaskan sebab awal terjadinya kekerasan di Arakan. “Kekerasan yang terjadi itu memang betul, kami tidak menutupi itu, itu tidak terjadi atas dasar agama awalnya. Sebetulnya dari awal masalah kriminal, tapi kemudian meluas yang mau saya jelaskan adalah , kami sangat-sangat menyayangkan masalah ini. Beberapa orang menyulut masalah ini menjadi semakin besar,” demikian dia berujar.
Untuk meyakinkan para tokoh muslim Indonesia dia mengulang ulang pernyataannya bahwa kejadian di Arakan adalah bukan masalah agama. “Kekerasan di Arakan bukan karena masalah agama tapi karena masalah kriminal dan entah kenapa ini menjadi tersudut di suatu masalah menjadi masalah agama.” Begitu dia bertanya pada dirinya sendiri.
Dia juga menjelaskan komposisi penduduk Myanmar “Negara kami 90% Budha , 4% Muslim, 4% Kristen, 1% Hindu dan sisanya yang lain lain.” Ungkap Min yang beragama Kristen.
Atas 5 tuntutan muslim Indonesia tersebut maka di menjawab;
Pertama, pemerintah Myanmar menjamin 100 % tidak ada pembersihan etnis di Myanmar. “Saya menjamin 100% bahwa ini bukan pembersihan etnis.” Katanya.
Kedua,untuk menjawab tuntutan point 2 dan 3, pemerintah Myanmar akan mengurus hak-hak kewarnegaraan kepada etnis Arakan dan Bengali secara sistematis berdasarkan peraturan yang ada.
Ketiga dalam menjawab point tentang kemerdekaan Arakan, “Kami tidak bisa menjawab itu, kami tidak mau apa yang terjadi di Uni Sovyet terjadi di Myanmar.” Karena kami sudah melaui masa yang panjang, dimana dahulu etnis etnis itu menuntut kemerdekaan, karena itu kemudian Myanmar berada di bawah rezim militer yang diktator otoriter. Adapun sekarang sedang dalam proses demokratisasi. Kami tentunya tidak ingin negeri Myanmar pecah seperti Uni Sovyet.
Dan keempat, bahwa pemerintah Myanmar siap bekerjasama dengan pemerintah manapun dan organisasi manapun agar tercapai kedamaian di Arakan. pemerintah Myanmar ingin damai, “Kami tidak mau perang, kami ingin damai, kami sangat menderita selama 50 tahun ini karena perang antara pemerintah dengan pihak-pihak yang tidak jelas.” Harapnya
Karena itu sang Dubes berharap kepada tokoh-tokoh muslim Indonesia ini memberikan saran-saran kepada pemerintah Myanmar untuk perbaikan kondisi di Arakan. Lebih jauh dia mengatakan” Kalau ini tidak diselesaikan di sini, ini akan jadi lebih besar, lagi lebih besar lagi.”begitu harapan sang Dubes kepada tamu-tamunya.
(azmuttaqin/arrahmah.com)