BEIRUT (Arrahmah.com) – Munculnya mantan tahanan nomer satu Guantanamo, Wakil Pemimpin Al-Qaeda Yaman, menekan para pejabat eksekutif dalam menyelesaikan perintah Obama untuk menutup pusat penahanan terkejam di dunia dalam satu tahun ke depan.
Said Ali al-Shihri, yang dicurigai terlibat dalam serangan bom mematikan di kedutaan Amerika Serikat di Ibukota Yaman, Sana. Ia dilepaskan dan dikembalikan ke Arab Saudi pada tahun 2007 dan mengikuti satu program “rehabilitasi” untuk para jihadi sebelum kembali tergabung dengan Al-Qaeda di Yaman.
Statusnya telah diumumkan dalam sebuah statemen di internet oleh kelompok jihad dan telah dikonfirmasikan oleh pejabat anti-terorisme AS.
“Dia adalah orang yang sama,” ujar seorang pejabat yang tidak ingin desebutkan namanya. “Ia kembali ke Arab Saudi pada tahun 2007, namun pergerakannya di Yaman menjadi tidak jelas.”
Hampir sebagian dari tahanan di Guantanamo adalah warga Yaman, dan usaha-usaha untuk mengembalikan mereka tergantung dari keikutsertaan dan kreasi Yaman dalam program rehabilitasi (yang dibiayai AS-red) sama dengan yang dilakukan Saudi. Pemerintah Arab Saudi mengklaim tidak ada lulusan dari program rehabilitasinya yang kembali menjadi “teroris”.
Walaupun Pentagon telah mengatakan, bahwa lusinan mantan tahanan Guantanamo yang telah dibebaskan akhirnya kembali berperang, klaim tersebut menimbulkan keraguan.
Keyakinan yang mendalam untuk jihadi Yaman, satu negeri yang miskin di Selatan semenanjung Arab, telah meningkatkan jumlah serangan mereka sejak tahun lalu. Pejabat Amerika mengatakan, mereka mencurigai al-Shihri sebagai dalang pengeboman di Kedubes AS di Kota Sana, Yaman, pada September lalu yang menewaskan belasan orang.
Dalam sebuah statemen yang disebarkan di internet, Wakil Pemimpin Al-Qaeda Yaman, dikenal sebagai Abu Sayyaf al-Shihri, mengatakan, ia keluar dari Guantanamo dan kembali ke asalnya, Arab Saudi dan melakukan perjalanan menuju Yaman, selama lebih dari 10 bulan.
Seorang pejabat keamanan Saudi mengatakan, al-Shihri menghilang dari rumahnya pada tahun lalu, setelah ia menjalani “rehabilitasi”.
Jurnalis Yaman, yang pernah mewawancarai pemimpin Al-Qaeda Yaman pada tahun lalu, Abdulela Shaya, mengonfirmasikan pada Kamis (22/1) bahwa Wakil Pemimpin Al-Qaeda yang mengeluarkan statemen, benar-benar Al-Shihri. Shaya, dalam sebuah wawancara melalui telepon mengatakan al-Shihri menguraikan perjalanannya dari Kuba menuju Yaman dan menyebutkan nomer tahanannya selama di Guantanamo, 372. Adalah nomer yang benar dan tercatat dalam dokumentasi Pentagon.
“Itu menunjukkan semua sumber yang menyebutkanya adalah orang yang sama, yang dahulu pernah dibebaskan dari Guantanamo pada tahun 2007,” ujar Johnsen Gregory, pengamat terorisme.
Yaman mulai bekerjasama dengan AS dalam perang melawan terror sejak akhir 2001. Tetapi persekutuan mereka menimbulkan sebuah masalah, pejabat-pejabat AS menuduh pemerintah Yaman melakukan pembebasan bersyarat sejumlah “teroris” berbahaya di Yaman yang dicari-cari AS. Bebrapa orang yang dicurigai sebagai dedengkot “teroris” terlepas secara misterius dari penjara-penjara di Yaman. Perselisihan paham telah mempersulit usaha-usaha untuk memulangkan sekitar 100 tahanan yang berasal dari Yaman di Guantanamo.
Di samping alasan tersebut, mujahidin Al-Qaeda Yaman semakin menampakkan kekuatannya.
“Mereka membawa pejuang-pejuang Saudi ke dalam Yaman, dan mereka ingin menggunakan Yaman sebagai basis mereka untuk merencanakan penyerangan,” ujar Mr. Johnsen.
Dibebaskan AS, dan dikirimkan ke program rehabilitasi di Arab Saudi, tidak menjadikan al-shihri menghianati pemikirannya, menghianati Islam. Dia terus menyematkan label “mujahidin” dalam dirinya, apapun taruhannya. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)