KABUL (Arrahmah.com) – Kecepatan Imarah Islam Afghanistan (Taliban) menguasai hampir seluruh Afghanistan dalam beberapa pekan terakhir ini mengundang decak kagum. Kemenangan cepat ini tidak terjadi secara tiba-tiba namun karena situasi dan kondisi yang memang menguntungkan Taliban.
Minimnya persenjataan dan suplai makanan ke pos-pos militer militer Afghanistan menjadi pelengkap dari tidak digajinya mereka selama lima bulan terakhir.
Perginya pasukan Amerika Serikat (AS) pada bulan Mei lalu semakin menjatuhkan moral pasukan Afghanistan hingga ke titik nol.
Taliban hanya cukup mengepung pos-pos militer itu lalu mengirim tokoh desa untuk melakukan negoisasi dengan aparat yang ada di pos-pos itu dengan satu pesan, “menyerah atau mati”.
Dengan cara tersebut, setidaknya ratusan hingga ribuan tentara dan polisi akhirnya menyerahkan diri tanpa perlawanan. Mereka diizinkan Taliban pulang ke provinsi yang dikuasai pemerintah, tapi sebagai gantinya mereka harus menyerahkan senjata dan perlengkapan mereka.
“Kami beritahu mereka, ‘begini, situasi kalian buruk, bala bantuan tidak datang. Pilihan hanya menyerah atau mati,” kata Nabi Sarwar Khadim salah satu tokoh desa yang ikut negosiasi, seperti dikutip Irish Times.
Pejabat pemerintah dan tokoh-tokoh desa mengatakan sejak 1 Mei lalu setidaknya sudah ratusan pos dan pangkalan militer Afghanistan di berbagai provinsi diserahkan ke Taliban. Informasi banyaknya militer dan polisi yang menyerahkan diri membuat, moral pasukan Afghanistan yang belum berperang pun semakin merosot.
Taliban akhirnya memanfaatkan kemenangan yang dicapai dengan membuat propaganda pasukan Afghanistan menyerah dimana-mana. Sehingga pasukan di desa-desa lain pun turut menyerahkan pos mereka.
Taliban juga meminta empat lokasi utama yang menampung gubernur, kepala polisi dan intelijen lokal untuk diserahkan. Sehingga mereka dapat langsung mengendalikan pemerintahan di sana.
Taktik ini menhindarkan ribuan pasukan dari medan perang, mengamankan wilayah strategis, serta mendapatkan peluru, senjata, dan kendaraan tempur tanpa perlu menembakan satu peluru sedikit pun.
Strategi agar pasukan pemerintah menyerah tanpa bertempur ini disusun Komite Invitasi dan Pedoman Taliban. Caranya dengan memotong jalur logistik pasukan dengan pos-pos militer.
Kemudian pemimpin komite atau militer Taliban menelepon komandan pos tersebut atau keluarga mereka. Menawarkan mereka bisa selamat bila menyerahkan pos, senjata, dan amunisi. (hanoum/arrahmah.com)