GAZA (Arrahmah.id) – Warga Palestina marah dengan liputan pembantaian ‘Israel’ baru-baru ini di kamp Al-Mawasi oleh saluran berita milik Saudi, Al Arabiya, serta liputan umum perang tersebut yang banyak diyakini bias terhadap ‘Israel’.
Pada Sabtu (13/7/2024), serangkaian serangan ‘Israel’ menewaskan sedikitnya 90 orang di wilayah Al-Mawasi, Khan Yunis, yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai “zona aman” bagi warga sipil Palestina.
Sebagian besar korban syahid diyakini adalah warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak. Pasukan ‘Israel’ bahkan menyerang tim medis yang datang untuk membantu menyelamatkan korban serangan.
Namun, ‘Israel’ mengklaim bahwa serangan itu adalah bagian dari operasi yang menargetkan “komandan senior Hamas”, termasuk Mohammed al-Deif , pemimpin sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, dan Rafa Salama, yang diduga komandan Brigade Khan Yunis.
Hamas mengklaim bahwa klaim ‘Israel’ tentang penargetan komandannya adalah “salah” dan hanya pembenaran untuk “menutupi skala pembantaian”.
Menurut pemirsa yang marah, Al Arabiya hanya melaporkan sisi kejadian dari ‘Israel’, tidak menyebutkan bantahan Hamas, dan mengabaikan sama sekali kesaksian saksi mata, video, dan laporan serangan.
Dengan menggunakan tagar #AlArabiya_Partner_in_Genocide, ratusan orang di X mengatakan bahwa saluran tersebut mengabaikan jumlah korban jiwa warga sipil yang besar, penargetan pekerja medis oleh ‘Israel’, dan dugaan bias dalam tajuk utama saluran yang meliput pembantaian tersebut.
Para pengguna media sosial yang marah mengklaim bahwa semua berita utama yang diterbitkan oleh Al Arabiya tentang pembantaian tersebut di situs webnya tidak menyebutkan jumlah korban syahid Palestina, tetapi malah berfokus pada rincian operasional yang diumumkan oleh tentara dan pemerintah ‘Israel’, dengan fokus pada Mohammed al-Deif sebagai “target”.
Saluran tersebut juga diduga hanya meliput pernyataan ‘Israel’ terkait serangan itu dan pada awalnya tidak menyiarkan atau menerbitkan bantahan Hamas, apalagi kesaksian warga Palestina yang terkena dampak serangan itu.
Al Arabiya mendapat kecaman karena dianggap bias pro-‘Israel’ pada November, ketika saluran tersebut dipuji oleh media sayap kanan ‘Israel’ karena liputannya tentang perang di Gaza.
Pada Mei tahun ini, presenter Rasha Nabil dikritik selama wawancara dengan seorang anggota Hamas karena dia seakan menggiring opini untuk membenarkan serangan ‘Israel’ terhadap Rafah, sesuatu yang bahkan sekutu utama ‘Israel’, AS, ditentang pada saat itu.
Saluran ini secara umum dianggap ramah saat mewawancarai pejabat ‘Israel’, namun bersikap jauh lebih agresif terhadap perwakilan Hamas. Pemerintah Saudi ini dipandang semakin anti-Hamas, karena dugaan hubungan kelompok tersebut dengan Ikhwanul Muslimin dan Iran, serta Turki dan Qatar.
Reaksi keras baru-baru ini terhadap liputannya tentang pembantaian Mawasi telah menyebabkan seruan untuk memboikot saluran tersebut. (zarahamala/arrahmah.id)