KIEV (Arrahmah.com) – Ukraina telah menarik dukungannya atas seruan agar Cina mengizinkan kepala hak asasi manusia PBB untuk melakukan penyelidikan secara langsung di Xinjiang. Hal tersebut terjadi setelah pemerintah Cina mengancam akan menghentikan pengiriman vaksin Covid-19 ke Ukraina jika mereka tidak mencabut dukungannya, kata para diplomat kepada The Associated Press (AP), pada Jumat (25/6/2021).
Sebelumnya, Ukraina menjadi satu dari 40 negara yang mendukung seruan agar Cina mengizinkan pengamat independen untuk melakukan penyelidikan ke Xinjiang. Beberapa kelompok hak asasi manusia menuduh Cina melakukan penganiayaan terhadap Muslim Uighur dan minoritas Muslim lainnya yang ada di wilayah Xinjiang.
Seruan tersebut dipresentasikan oleh perwakilan dari negara Kanada di kantor Dewan Hak Asasi Manusia yang berada di Jenewa pada Selasa (21/6). Namun pada Kamis (24/6), Ukraina mencabut dukungannya setelah Cina mengancam tidak akan mengirim 500.000 vaksin Covid-19 ke Ukraina.
Ukraina telah setuju untuk membeli 1,9 juta dosis vaksin CoronaVac dari Sinovac Biotech Cina. Pada awal Mei, Ukraina telah menerima 1,2 juta dosis vaksin, ungkap Menteri Kesehatan Maxim Stepanov.
Di masa lalu, pemerintah Cina dikenal sebagai negara yang sering menekan negara-negara lain di lingkungan diplomatik Jenewa agar mendukung pernyataan pemerintah Cina dan tidak mendukung pernyataan yang mengkritik, mempertanyakan atau mencari pengawasan hak asasi manusia di negara itu.
Tetapi kuat dugaan, tekanan itu akan menandai eskalasi upaya intens yang baru-baru ini dilancarkan Beijing untuk melawan kritik dan meminimalisir perhatian internasional terhadap catatan hak asasi manusia di negaranya, meskipun langkah tersebut dapat membahayakan kesehatan, bahkan nyawa.
Pada Selasa (21/6), dalam sebuah pernyataan Duta Besar Kanada Leslie Norton mengatakan bahwa “laporan yang dapat dipercaya menunjukkan lebih dari satu juta orang telah ditahan secara sewenang-wenang di Xinjiang.”
Norton juga menunjukkan sebuah laporan penyiksaan, perlakuan atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan seperti sterilisasi paksa, kekerasan seksual dan berbasis gender, serta pemisahan paksa anak-anak dari orang tua mereka yang dilakukan oleh pihak berwenang Cina. (rafa/arrahmah.com)