BERLIN (Arrahmah.id) — Viral sebuah video yang memperlihatkan petugas layanan perlindungan anak dan polisi yang secara paksa membawa seorang anak laki-laki muslim dari rumah keluarganya karena orang tuanya diduga mengajarinya bahwa homoseksualitas dan trans tidak diterima dalam Islam.
Dilansir Igetalk (28/4/2023), insiden tersebut diduga terjadi di Jerman, setelah guru anak laki-laki tersebut mengetahui bahwa orang tuanya mengajarinya bahwa menjadi gay dan bencong adalah dosa sebagai Muslim. Mereka kemudian melapor ke layanan perlindungan anak yang menghubungi polisi untuk membawanya pergi.
“Di Jerman, anak ini bersekolah, mereka mengangkat topik homoseksualitas dan dia mengatakan kepadanya bahwa itu haram menurut agamanya. Jadi mereka menelepon layanan penitipan anak dan polisi muncul di depan pintunya dan secara paksa membawanya pergi dari keluarganya,” kata sebuah komentar.
“Ini dari Jerman dan ada banyak kasus serupa di banyak negara Eropa seperti Swedia, mereka mengambil anak-anak itu tidak hanya dari keluarga Muslim tetapi juga beberapa keluarga Kristen,” kata yang lain tentang kasus pemindahan anak, yang juga dikatakan sering terjadi di Swedia.
Bocah itu, seperti yang dikatakan, akan diasuh oleh Pemerintah dan akan dikirim ke rumah asuh di mana dia bisa diadopsi.
Namun, orang tuanya dapat memperoleh kembali hak asuh atas anak mereka setelah proses pengadilan yang ekstensif berhasil.
Video itu memicu kemarahan netizen. Banyak yang mengutuknya dengan alasan bahwa itu bertentangan dengan kebebasan fundamental (kebebasan beragama) yang menurut undang-undang diperjuangkan.
Yang lain mengatakan sangat jelas bahwa anak itu tidak ingin dipindahkan dari rumah orang tuanya, mengingat caranya menangis dan berkelahi dengan pejabat.
Namun, yang lain mengatakan bocah itu dipindahkan karena orang tuanya kasar dan tidak dalam posisi terbaik untuk merawatnya dengan baik.
The Muslim Skeptic lebih menyoroti laporan bahwa Swedia, serta beberapa negara Eropa, menargetkan anak-anak Muslim untuk diculik dari keluarga mereka dan dibawa ke rumah asuh.
Menurut laporannya, panti asuhan dibayar mahal dan bebas pajak sebulan untuk setiap anak yang mereka asuh. Anak-anak itu kemudian dibujuk dengan hadiah untuk memastikan tetap bersama panti asuhan dan tidak mendesak untuk kembali ke orang tua mereka.
Masih menurut Muslim Skeptic, statistik mengungkapkan bahwa anak-anak yang dikelola oleh layanan sosial di Swedia justru memiliki tingkat kematian yang relatif tinggi, mudah terlibat dalam kejahatan, mengalami gangguan kesehatan mental, menikah muda, kemiskinan, dan tingkat pencapaian pendidikan yang rendah. (hanoum/arrahmah.id)