JAKARTA (Arrahmah.com) Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PKS Nasir Djamil mengatakan, Shalat Idul Adha tetap dilaksanakan di Tolikara.
“Agar tak terjadi kerusakan kerukunan antar umat beragama, maka kerukunan umat beragama harus dijaga di Tolikara. Polisi, tokoh agama, tokoh masyarakat di sana harus menjamin kebebasan beragama di Tolikara,” katanya, Senin, (7/9/2015).
Kalau ada ancaman penggagalan Shalat Idul Adha maka harus dilakukan pendekatan secara persuasif dulu. Ini masih ada waktu beberapa minggu untuk melakukan pendekatan terhadap pihak-pihak yang kurang berkenan.
“Pertama lakukan dulu langkah-langkah persuasif. Kemudian kalau secara persuasif tak bisa, baru dulakukan langkah preventif dengan cara pengamanan pelaksanaan ibadah Shalat Idul Adha yang dilakukan TNI dan Polri,” ujarnya.
Nasir juga mengatakan, kalau kelompok Kristen radikal GIDI menuntut dua tersangka pelaku kerusuhan di Tolikara dibebaskan, berarti ada kemungkinan dua orang ini merupakan tersangka abal-abal.
“Mereka ini mungkin tersangka abal-abal sebab sampai saat ini otaknya belum ketemu. Apalagi GIDI menuntut mereka dibebaskan, jangan-jangan menurut mereka ini bukan aktor intelektualnya,” katanya..
Menurut Nasir permintaan itu sangat disayangkan. Sampai hari ini kepolisian tak mampu menemukan siapa dalang sesungguhnya dalam insiden Tolikara. Meskipun mereka tersangka abal-abal, Nasir meminta jangan dilepaskan. Aktor intelektual sesungguhnya juga harus ditemukan.
“Aparat penegak hukum tak boleh takut dengan ancaman-ancaman yang ada,” ujar Nasir, lansir ROL. (azm/arrahmah.com)