ANTAKYA (Arrahmah.id) – Gempa bumi berkekuatan 7,8 SR yang disusul beberapa jam kemudian dengan kekuatan 7,7 SR di wilayah perbatasan Turki-Suriah, telah menewaskan lebih dari 25.000 orang. Di tengah musibah tersebut, terjadi peristiwa penjarahan.
Para relawan di Antakya mengatakan bahwa penjarahan menambah tugas berat mereka.
Erdogan mengatakan akan mengambil tindakan tegas terhadap para penjarah.
“Kami telah mengumumkan keadaan darurat,” katanya dalam sebuah kunjungan ke zona bencana. “Artinya, mulai sekarang, orang-orang yang terlibat dalam penjarahan atau penculikan harus tahu bahwa tangan tegas negara ada di belakang mereka,” katanya, seperti dilansir Al Jazeera (11/2/2023).
Seorang warga mengatakan bahwa ia menyaksikan penjarahan pada hari-hari pertama setelah gempa pada Senin (6/2) sebelum meninggalkan kota menuju sebuah desa.
“Orang-orang menghancurkan jendela dan pagar toko-toko dan mobil,” kata Mehmet Bok (26), yang kini telah kembali ke Antakya dan sedang mencari rekan kerjanya di sebuah bangunan yang runtuh.
Empat puluh delapan penjarah telah ditangkap oleh pihak berwenang Turki, kata media pemerintah. Para tersangka ditahan di delapan provinsi yang berbeda.
Beberapa organisasi penyelamat juga mengatakan bahwa bentrokan antar warga telah menyebabkan penghentian pekerjaan mereka.
Pada Sabtu (11/2), dua kelompok penyelamat dan bantuan Jerman menangguhkan operasi mereka, dengan alasan masalah keamanan di tengah-tengah laporan adanya tembakan. Sebuah tim Austria juga sempat menghentikan sementara pekerjaan mereka sebelum melanjutkannya. (haninmazaya/arrahmah.id)