RIYADH (Arrahmah.id) – Panglima militer baru Pakistan telah mengadakan pembicaraan dengan pejabat tinggi Saudi, termasuk menteri pertahanan, dalam perjalanan resmi pertamanya ke kerajaan Teluk saat negara Asia Selatan itu menghadapi krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Jenderal Syed Asim Munir, yang mengambil alih pada November, telah mengikuti jejak para pendahulunya dalam mengunjungi Arab Saudi –sekutu dekat pertahanan dan ekonomi– dalam perjalanan perdananya ke luar negeri. Dia juga akan mengunjungi Uni Emirat Arab selama perjalanan hampir satu pekan.
“COAS akan bertemu dengan pimpinan senior kedua negara untuk membahas masalah kepentingan bersama, kerja sama militer dan hubungan bilateral yang berfokus pada masalah terkait keamanan,” Inter-Services Public Relations (ISPR), sayap media militer, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Rabu, lansir Al Jazeera (7/1/2023).
Jenderal Munir membahas kerja sama militer dengan menteri pertahanan Saudi Pangeran Khalid bin Salman bin Abdulaziz di ibu kota Riyadh pada Kamis, menurut Saudi Press Agency.
“Kami menekankan kemitraan strategis antara negara-negara saudara kami, meninjau kembali hubungan militer dan pertahanan bilateral, dan membahas cara-cara untuk memperkuat kerja sama kami,” cuit Pangeran Khalid bin Salman.
‘Situasi keuangan yang rentan’
Kunjungan Jenderal Munir saat ini terjadi pada saat Pakistan menghadapi krisis ekonomi yang melumpuhkan karena cadangan devisa negara telah habis hingga kurang dari $6 miliar -terendah sejak April 2014- yang hanya dapat menutupi impor selama sebulan. Inflasi telah meroket sementara negara itu juga berurusan dengan akibat bencana banjir tahun lalu yang mengakibatkan kerugian diperkirakan lebih dari $30 miliar.
Awal pekan ini, Menteri Keuangan Pakistan Ishaq Dar dalam konferensi pers mengungkapkan harapan bahwa Arab Saudi akan memarkir depositonya di bank sentral untuk memberikan bantuan ekonomi.
Islamabad membutuhkan uang Saudi untuk menopang cadangan devisa. Riyadh menyetor $3 miliar pada November 2021, di bawah masa jabatan mantan Perdana Menteri Imran Khan. Bulan lalu, kerajaan memperpanjang jangka waktu dana.
Sejak menjabat April lalu, Perdana Menteri Shehbaz Sharif telah melakukan perjalanan ke beberapa negara Teluk untuk mencari bantuan ekonomi dan investasi. Menurut data resmi antara April hingga November tahun lalu, Arab Saudi telah memberikan bantuan lebih dari $900 juta dan $500 juta untuk mengimpor minyak. Qatar berjanji untuk menginvestasikan $3 miliar selama perjalanan Sharif ke Doha pada bulan Agustus.
Analis yang berbasis di Islamabad, Mohammed Faisal percaya bahwa kunjungan Jenderal Munir harus dilihat dari kacamata ekonomi karena datang pada saat “situasi keuangan yang sangat rentan”.
“Kepemimpinan Pakistan melihat ke arah bangsawan Saudi untuk menopang cadangan devisa yang semakin menipis untuk mencegah gagal bayar. Untuk Islamabad, hasil utama dari perjalanan itu adalah pengumuman bantuan keuangan dari Saudi,” katanya kepada Al Jazeera.
Pakistan berhasil mendapatkan pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF) senilai $1,17 miliar pada Agustus. Tetapi tahap berikutnya dari pinjaman $1,18 miliar telah ditunda. Islamabad masih bernegosiasi dengan IMF untuk tahap berikutnya.
Pada September, menteri keuangan Pakistan mengundurkan diri sementara pemerintah tampaknya tidak mau menerima persyaratan IMF, termasuk menaikkan pungutan bahan bakar.
Pakistan telah tertatih-tatih di ambang gagal bayar, yang, secara sederhana, berarti negara tersebut tidak dapat membayar kembali utangnya dan perbendaharaan tidak memiliki cukup uang untuk memenuhi kewajiban utangnya. Para ahli khawatir Pakistan sedang menuju ke situasi gagal bayar seperti Sri Lanka dan hal itu hanya dapat dicegah dengan penanganan ekonomi yang cekatan.
Dari perspektif Saudi, kata Faisal, negara Teluk ingin mempertahankan hubungan dengan Pakistan karena negara itu merupakan elemen penting dari strategi regional Saudi.
“Arab Saudi menyadari bahwa Pakistan, negara mayoritas Muslim yang besar mendukung klaim Saudi sebagai penjaga dua situs suci Islam di Mekkah dan Madinah,” kata Faisal kepada Al Jazeera. (haninmazaya/arrahmah.id)