TANGERANG (Arrahmah.com) – Para pengusaha industri di Kota Tangerang menjerit lantaran ekonomi yang melambat membuat penjualan lesu. Akibatnya, sejumlah perusahaan mulai menghentikan produksi dan merumahkan para pegawai.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Tangerang Abudh Surahman mengatakan, hingga saat ini setidaknya sudah ada sebanyak 10 perusahaan yang mengadu ke Disnaker. Mereka berkonsultasi terkait tiga hal untuk efisiensi perusahaan, yakni pengurangan jam kerja, produksi dan karyawan.
“Mereka melapor secara lisan, baru berkonsultasi, belum sampai penutupan pabrik. Kita minta agar mereka mengurangi produksi dulu. Sedangkan pengurangan karyawan menjadi opsi terakhir,” katanya di Tangerang, Rabu (26/8/2015), lansir Okezone.
Menurut Abud, dari 2.800 perusahaan yang ada di Kota Tangerang, yang paling terkena dampak dari menurunnya nilai Rupiah adalah perusahaan di bidang garmen dan padat karya. Bahkan, salah satu perusahaan sudah merumahkan 1.850 karyawannya karena berhenti produksi.
“Perusahaan sudah mengalami kerugian Rp3 miliar tiap bulan. Akhirnya mereka menghentikan produksi dan merumahkan karyawan, tetap digaji sebesar 70 persen. Saat ini perusahaan sedang mencari modal, jika dalam beberapa bulan tidak dapat, kemungkinan akan tutup,” katanya.
Jika hal ini berlangsung lama, dikhawatirkan perusahaan akan melakukan PHK besar-besaran yang tentunya akan menambah angka pengangguran di Kota Tangerang. “Dampaknya pasti menumbuhkan masalah sosial seperti kriminalitas,” jelas Abduh.
Disnaker sendiri tengah melakukan upaya solusi dengan menyelenggarakan jobfair tingkat kota di kawasan Ciledug dan dua jobfair tingkat kecamatan di Cibodas dan Periuk.
“Jika ada pengurangan pegawai di sektor garmen dan padat karya, diharapkan ada sektor lain yang membutuhkan pegawai lebih banyak, sehingga bisa kita fasilitasi. Tapi solusi yang lebih baik adalah pemerintah pusat bisa kembali menaikkan nilai rupiah terhadap dolar AS,” pungkasnya. (azm/arrahmah.com)