Aktivis Damaskus tidak lagi berani berbicara tentang praktik kekejaman rezim terbaru, yang terakhir berujung dengan penangkapan pemuda dan membuat mereka dipaksa bergabung dengan militer.
Seorang wartawan Suriah mengatakan kepada Al Arabiya bahwa ada “jam malam untuk pemuda berusia antara 20 sampai 40 tahun di Damaskus, sebagai akibat dari penolakan mereka untuk bergabung dengan tentara rezim”.
Dia menambahkan: “Saya memiliki banyak kerabat yang bergabung dengan tentara dengan paksa, setelah mereka ditangkap di pos-pos pemeriksaan dalam perjalanan mereka ke tempat kerja. Mereka dipaksa bergabung dengan militer di pedesaan Damaskus, terutama untuk pasukan di desa Dreij.”
“Beberapa dari mereka adalah pegawai sektor pemerintah dan telah melayani tentara bertahun-tahun yang lalu.”
Para pemuda Suriah di Damaskus dan daerah pinggirannya, terus-menerus khawatir. Sebagian besar dari mereka tidak meninggalkan rumah mereka karena sejumlah pos pemeriksaan bisa menahan mereka dan memaksa mereka bergabung menjadi tentara.
Prosesnya tidak ditujukan pada pemuda yang menentang rezim saja, tapi juga termasuk para pendukung rezim.
Wartawan lain yang tinggal di Damaskus mengatakan kepada Al Arabiya bahwa “bahkan orang-orang yang tidak mengungkapkan pendapat politik sepanjang perang, sedang diseret untuk bergabung dengan tentara”, menambahkan bahwa “rezim tidak menunjukkan belas kasihan kepada siapa pun”.
Dalam upaya untuk menyatakan betapa buruk situasinya, dia berkata: “Rezim akan menarik orang mati dari kuburan mereka dan membuat mereka bergabung dengan tentara, jika itu bisa.”
Wartawan tersebut, yang takut diseret ke militer, mengatakan bahwa administrasi rekrutmen Asad tidak memperbarui datanya. Mereka mengirim surat yang meminta pemuda, yang telah meninggal dunia selama perang, untuk bergabung dengan militer.
“Siapa pun yang membayar suap besar kepada orang-orang yang dekat dengan rezim, dapat melarikan diri dari tidak bergabung dengan tentara, tetapi mereka yang tidak memiliki koneksi atau uang harus bergabung bahkan jika mereka memiliki alasan untuk tidak bergabung, seperti sedang belajar atau sebelumnya telah melayani di militer.”
Meskipun rezim sebelumnya mengumumkan amnesti kepada mereka yang tidak bergabung, penduduk setempat mengatakan itu hanya “tinta di atas kertas”, dan itu dibuat untuk mengelabui mereka agar meninggalkan rumah mereka, agar mereka bisa ditahan dan dipaksa bergabung dengan tentara.
Penggerebekan meluas ke tempat penampungan
Penggerebekan dan kampanye militer bahkan diperluas ke tempat perlindungan yang dibuat rezim Suriah untuk para pengungsi di seluruh negeri.
Serangan terakhir terjadi di tempat penampungan yang disebut Al-Harjalan, yang penduduknya merupakan pengungsi dari Daraya dan Ghautah Timur.
Aktivis Ghiath Abu Ahmed mengatakan kepada Al Arabiya: “Banyak tempat perlindungan telah diserbu oleh rezim dan orang-orang dibawa pergi untuk bergabung dengan militer.”
Abu Ahmed menambahkan bahwa “bahkan jika mereka tidak memiliki perintah untuk menahan orang-orang ini, mereka tetap melakukannya dan kemudian memaksa mereka masuk ke militer.”
Kemarahan menyebar di Suriah beberapa hari yang lalu, setelah sebuah gambar muncul di media sosial yang menunjukkan para pemuda menolak bergabung dengan tentara, dengan beberapa pengguna Facebook menggambarkannya sebagai perbudakan. (haninmazaya/arrahmah.com)