Laki-laki itu tampak ramah. Dengan wajah yang tetap tertutup dengan syal berwarna hitam, ia memperkenalkan dirinya “Nama saya adalah Khalil-ur-Rehman. Saya adalah seorang Talib dan saya dari Swat. Saya datang ke Buner untuk memenuhi kewajiban saya terhadap Islam.”
Maka dimulailah wawancara dengan seorang laki-laki yang bertanggung jawab dalam perluasan teritorial Taliban Pakistan tersebut.
Lembah Swat merupakan daerah indah yang dikelilingi oleh pegunungan tinggi di Pakistan utara. Pemerintah menyerahkan daerah tersebut kepada Taliban dua minggu yang lalu, melalui sebuah kesepakatan damai dengan kementerian luar negeri pada Kamis lalu sebagai ‘solusi lokal untuk masalah lokal’.
Dan tidak cukup sampai di situ. Para mujahidin kemudian juga bergerak dari lembah Swat menuju distrik Buner minggu kemarin.
Sebagai tanggapan, para pemimpin Pakistan pun mengirimkan enam peleton paramiliter ke dalam daerah tersebut.
“Perintah bagi kesatuan militer adalah untuk merebut Buner,” kata seorang pejabat Pakistan.
Khalil-ur-Rehman, yang dengan ramah melambaikan tangannya pada setiap penduduk setempat, menjadi pimimpin Taliban di Buner. Pembawaannya yang tenang dan keramahannya terhadap penduduk seperti tidak menampakkan bahwa dirinya menjadi salah satu incaran pemerintah yang bermaksud membendung penyebaran gerakan Islam di Pakistan.
“Karena kehendak Allah, saat ini Taliban mengambil alih Buner,” kata Rehman.
Ia mengatakan kebanyakan mujahidin yang datang ke Buner dari Swat sudah kembali, karena tugas mereka sudah selesai. “Hanya sedikit yang masih berada di sini karena harus mendakwahkan Islam yang sebenarnya.”
‘Islam sebenarnya’ menurut Taliban adalah ketaatan menyeluruh terhadap syariat, atau undang-undang Islam. Syariat adalah peraturan yang berasal dari kitab suci agama Islam, al Quran, yang mengatur setiap aspek kehidupan masyarakat — dari transaksi keuangan ke hak dan kewajiban suami istri.
“Kami berusaha untuk mendakwahkan syariat sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, dan jika seseorang berpikir bahwa semua itu tidak baik maka ia tidaklah pantas disebut sebagai seorang muslim, dan benar, muslim harus terikat dengan hukum Islam,” tutur Rehman.
Tetapi di Buner, sebagaimana banyak daerah lainnya di Pakistan, pemerintah federal belum pernah memelihara hukum dan tata-tertib dengan baik, dan membiarkan rakyat rentan dengan tindakan kriminal. Para politikus pun tidak melakukan tugasnya untuk menyediakan prasarana atau memberikan layanan masyarakat di wilayah terpencil seperti Buner.
Oleh karena itu, mengisi kevakuman itu, Taliban melangkah dengan sangat mudah. Rehman mengatakan “Tidak banyak penduduk setempat yang mencoba melawan para mujahidin, dan mereka semua melarikan diri.”
Dan oleh sebagian besarnya, Taliban disambut di Buner, sebagaimana yang mereka alami di Swat.
“Di sini, semua orang bahagia dengan Taliban,” kata salah seorang penduduk lokal di Buner kepada CBS News.
“Yang tidak merasakan kebahagiaan hanyalah pencuri, pembunuh dan penjahat. Tidak ada seorang Muslim pun di dunia yang tak akan bahagia dengan diterapkannya cara hidup Islami.”
Orang tersebut, yang namanya tidak ingin diketahui, mengatakan bahwa dia ragu pemerintah memiliki tindakan serius untuk melawan aturan yang diusung Taliban di Buner. “Jika mereka (pemerintah) melakukannya, maka kami pun memiliki hak untuk mempertahankan diri kami, daerah kami, hidup kami.”
Hal yang sama ditimpali oleh penduduk lainnya.
“Taliban adalah saudara kamu dan kami sangat senang mereka ada di sini,” kata Omer Khitab. “Taliban datang dari Swat dan mereka telah pulang, dan sekarang hanya tinggal beberapa orang saja yang menjadi mu’allim dan memberikan dakwah secara rutin di sini. Anggota Taliban sisanya, semuanya adalah warga Buner.”
Kemampuan para mujahidin memenangkan perasaan dan pemikiran di Pakistan menjadi masalah paling besar yang harus dihadapi oleh para pemimpin murtad negara tersebut, juga ‘partner’ yang mendanai mereka di Washington.
Di Irak, AS bisa mengalahkan banyak kelompok Sunni setempat yang disinyalir terkait dengan gerakan al Qaeda. Namun tidak di Pakistan.
“Fakta yang tidak bisa ditolak bahwa pemerintah Pakistan telah sepakat dan menerima bahwa apa yang diminta Taliban adalah sebuah kebenaran, dan mereka telah membuktikannya dengan menandatangani lembar kesepakatan di Swat, dan seluruh dunia mengetahuinya,” ujar Rehman.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton mengatakan awal minggu ini bahwa “pemimpin Pakistan pada dasarnya telah memberikan kekuasaan pada Taliban dan para ekstrimis.”
Kekhawatiran terhadap tegaknya syariat Islam dan meluasnya pengaruh para mujahidin Taliban di Pakistan menyebabkan Clinton mendesak semua rakyat Pakistan di seluruh dunia untuk “berbicara dengan tegas menentang kebijakan pemerintah mengenai penyerahan wilayah.” (Althaf/arrahmah.com)